Kebangkitan Bangsa (Bosan Aku ... Kayak Sinetron Sih!)
Apa bedanya dengan pelajaran yang diberikan guru-guru SD? Apa pula perubahan yang telah atau akan kita lakukan? Pertanyaan kita sekarang adalah apa benar penyatuan dari berbagai keberagaman itu efektif? Aku secara pribadi menyangsikannya.
Sebetulnya yang ingin kita peroleh bukan cambukan untuk bersatu, melainkan mencari esensi sebuah kebangkitan bangsa. Bukan untuk disodori sebuah tawaran penyeragaman. Ini layaknya anak burung yang diberi makan paksa oleh induknya. Yang lebih penting adalah membebaskan warga negara mengapresiasi hal apapun yang menjadi lahan hidupnya. Entah dia seorang penikmat seni yang meresapi keindahan pematung, atau barang kali seorang tukang parkir yang dengan sopan melayani pengendara motor. Bebaskan penduduk untuk berekspresi.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah apakah pemerintah telah siap memfasilitasi keinginan warganya? Apakah mau mereka memeras keringat untuk “lebih” memerhatikan aspirasi rakyat bawah? Itu pertanyaan paling besar dan harus segera diselesaikan. Tak perlu mencari kambing hitam bahwa masalah negara sangat kompleks. Sangat tak adil jika hal itu sampai diucapkan oleh punggawa-punggawa negara. Masyarakat butuh bukti bahwa pemerintah melakukan tindakan nyata, bukan hanya membuat rakyat terlena. Membuat acara peringatan kebangkitan bangsa, bertepuk tangan, tersenyum simpul, dan menunjukkan lambaian tangan hangatnya. Rakyat sudah terlalu pandai untuk menerima semua itu.
Sekarang apa yang akan kita dapatkan setelah acara pencanangan kebangkitan nasional? Apakah semangat yang digelorakan hanyalah sesaat? Tinggal menunggu waktu saja. Dan pesan terakhir: Selamat 100 tahun Kebangkitan Nasional!
Aku akan berjuang dengan cara lain.
Rindunesia .... terima kasih atas segalanya!
Post a Comment