Bali Marathon 2008
Beribu-ribu peserta maraton memadati Jalan Ngurah Rai, Bali. Bernomor dada, mereka tengah melakukan persiapan awalan lari jarak jauh itu. Wajah mereka terlihat optimis dan memancarkan semangat yang betul-betul hendak diletuskan. Dor ... peluru pistol sang pembuka maraton telah dilepaskan. Jajaran peserta paling depan tidak mendapatkan halangan, mereka langsung melesat. Sementara bagian tengah dan belakang harus berhimpit-himpitan dengan peserta lain. Seluruh peserta seakan didorong angin berkecepatan tinggi dari belakang. Mereka meluncur bak anak panah dari busurnya. Menunjukkan prestasi gemilang, mereka menyasar hadiah-hadiah yang amat menggiurkan.
Menyusuri jalanan Bali yang masih perawan, para peserta seolah mendapatkan pemandangan membuaikan. Jika tak pandai menata diri, memfokuskan kehendak, bisa jadi prestasi yang didapat tidaklah maksimal. Sebagian besar peserta lengah, namun beberapa peserta paling depan terus melaju. Pelari paling depan terus memacu kecepatan, sembari sesekali melirik jam di tangannya. Kali ini yang memimpin pelari Kenya. Langkahnya benar-benar lebar bagaikan kijang yang menghindar terkaman singa lapar. Dia terus melaju tanpa terganggu sedikit pun aroma hutan Bali ataupun motor polisi yang mendampinginya. Telah jauh dia meninggalkan pesaingnya. Tanpa mengenal lelah, dia terus menata irama kayuhan kaki dan tangannya. Harmonisasi gerakan yang telah dia latih seakan dipertunjukkannya di Bali Run 2008. Tinggal beberapa meter dia menuju garis perhentian. Banyak orang bersorak-sorai menyambut kedatangan sang juara. Pelari Kenya itu melakukan sprint dan secepat kilat menembus finish. Dan merobek pita kemenangan. Bali Run menghasilkan juara baru. Seorang kulit hitam. Tahun lalu seorang kulit putih. Sambutan penonton sungguh meriah. Pelari Kenya itu pun memberikan lambaian kemenangan kepada penonton. Selang beberapa menit, beberapa pelari lain menyusul memasuki garis finish.
Post a Comment