Header Ads

Aku Bingung Ama "Si Dia"

    Otakku serasa dikoyak oleh sendok. Diaduk-aduk ke sana ke mari, tak jelas arah. Sampai encer dan tak berbentuk gumpalan lagi. Mutlak sekarang seperti sirup. Mengapa jadi seperti ini?
Setiap dia bilang A, aku menerjemahkan B. Jelas saja aku tidak berbakat menjadi seorang penerjemah.
Kalau aku tertawa, dia meresapinya menjadi sebuah umpatan. Tak bersambung.
Selalu yang dibicarakan tentang masa depan yang tak jelas. Limbung aku dibuatnya.

Selama ini aku masih percaya kepadanya, tapi lambat laun aku merasa diriku tertekan.
Keadaan yang sepertinya biasa, aku jadikan luar biasa. Dan aku terkesan gagal dalam pendekatan awal.
Semua menjadi obrolan yang kadang hambar.
Dan aku berjuang untuk mencari bentuk; apakah pertalian ini bisa dilanjutkan?

4 komentar:

  1. Kalau gt hanya komunikasi jalan kluarnya. Coba bicarakan dan temukan spt apa ssungguhnya yg tjd.

    BalasHapus
  2. di kuliah pelajaran ilmu komunikasiku dapat nilai D. Pantesan deh!
    Hehehe

    BalasHapus
  3. rok "si dia" pernah kecantol ama gawat pagar rumahku.

    BalasHapus