Untukmu Temanku
Buah tangan pesta yang sama
Ya, ucapan itu terlintas saja saat aku dan Detty “merelakan” teman baik kami mengarungi biduk rumah tangga –dan mereka meninggalkan kami- “Detty, boleh ga pakai kata kami?”. Sebenarnya tulisan ini ingin aku tumpahkan cepat-cepat, namun keburu ide menulis yang lebih cerdas menuntut untuk dirangkaikan, maka tulisan ini baru terwujud sekarang –itupun atas rengekan Iis yang mencari-cari tulisan tentang pernikahannya di blog super kreatif ini.
Aku rasa pembawaan Iis dan Farid yang super kalem harus dipertanyakan kembali. Mengapa? Nyatanya ketika mereka memutuskan hidup bersama dan pindah ke
Lupakan terlebih dahulu cerita di atas, mari kita simak awal muasal sehingga peristiwa pernikahan Putri Bantul Vs Duta Klaten menjadi inspirasiku dalam menulis.
Pagi buta, entah hari apa aku lupa, detik jam dinding juga tak kudengar
Subuh yang dingin –tanpa sang istri di sampingku- mendadak dipecahkan oleh lengkingan suara telepon genggamku. Tai mata yang masih menempel di pojokan netraku mendadak berjatuhan menandakan harapan seseorang di ujung
Muncul nama Iis di layar telepon genggamku, “Tumben banget si Iis menghubungiku, ada gerangan apakah ya?”, tanyaku dalam hati. Terus pertanyaan lain menyembul dalam fikiran kotorku, “Apa Iis mau buat janjian ya...”. Kuhapus segera angan-angan itu dan kuangkat mesin itu agar kepastian itu segera kuterima.
“Halo, Andhy. Ganggu tidur manismu ga –hehehe, tidur ngorok dibilang manis- aku telepon di pagi ceria ini?”, Tanya manja Iis.
“Mmm…siapa ya?”, ganggu aku biar dia dongkol.
“Ini Iis Ardhianita, gadis manis kebanggaan Bantul, teman KKN alias anak buahmu Ndhy!”, cerocos Iis menunjukkan kekecewaannya.
Karena tidak tega mempermainkan perasaan seorang perempuan yang menjadi tumpuan harapan Bangsa Bantul, lalu aku meminta maaf sebagai tanda kedewasaanku ketika aku melakukan kesalahan. Iis menginginkan dua hari berikutnya kami beserta Doranth bertemu enam mata mendiskusikan sesuatu. Sebenarnya aku tahu kalau Iis merindukan traktiranku, hehehehe….
Bermodal motor sewaan berjudul Yamaha Jupiter benomor plat AB 5748 BL dan uang di dompet sebanyak 50.000 rupiah, aku meluncur demi menyanggupi tawaran sang permata dari Pantai Baron. Tempat yang menjadi pangkalan pertemuan adalah “aku-akuan kos” si Doranth, di daerah Karangbendo yang sudah penuh dengan makhluk haus pendidikan. Akupun datang paling telat di antara mereka.
Pertemuan Menebar Pesona dalam Undangan
Iis saat itu terlihat merona dan tertunduk malu ketika kami sudah bersiap melakukan ekspedisi makanan di malam nan sendu. Berbalikan dengan itu, Doranth yang mengatakan baru saja kembali dari proyek super idealis-nya menunujukkan sedikit ketidaksenangan karena kecapekan dan terbelit suatu masalah
Lalu Iis menginginkan teman kami yang hilang, bernama Suryo, untuk turut serta dalam pertemuan kami.
Akhirnya diputuskan perbincangan dilakukan di warung makan khas Sego Penyetan. Dilingkupi suasana temaram karena lampu hidup nyala karena kehabisan minyak tanah, kami nekad memesan beberapa menu andalan di saat itu.
Kilat menyambar, Dhuwessss…..
Tanpa rasa berdosa, gadis Bantul itu memberikan undangan pernikahannya kepada kami berdua –Andhy dan Doranth. “Kejutan banget nih…”, dan yang menjadi calon penunggang kuda –Iis yang belakang- adalah teman seperjuangan di KKN Banjarsari yakni Mas Farid. “Kenapa kamu ga bilang dari kemarin, Is?”, keluhku. Dan dia dengan kepercayaan diri yang sedang melingkupinya mengatakan, “Biar terkejut kamu!”.
Aku dengarkan saja celotehan Iis dan Doranth –biasa mulut perempuan lebar- dan aku berperan sebagai Boss yang menunggu anak buahnya makan malam dan selanjutnya membayarnya. Hah, bukan berlagak sombong namun itu adalah khas Andhy banget….heheheh
Doranth menawarkan diri membawa undangan pernikahan -yang hanya dialamatkan kepada seluruh teman KKN, tanpa tertuju ke orang perorang- untuk selanjutnya dia menjadi guide dalam perjalanan kami ke Bantul kelak. Sebenarnya agak kecewa juga dengan undangan yang tidak ditujukan kepadaku langsung dan juga sikap Doranth yang dengan antusias membawa undangan yang nantinya dia menafikkannya karena tugas ke Sidoarjo.
Perjalanan ke Bantul Membesarkan Hati Seorang Teman
Sebenarnya saat itu juga aku menulis jalinan kata di Blogku dengan judul “Ketika insan mempertanyakan jatah pernikahan, adilkah?” dan itu terinspirasi oleh pertemuan kami bertiga pada malam itu. Namun itu belum menunjukkan gambaran nyata keadaan pesta pernikahan Iis dan Farid. Penjelasan syukuran aku jelaskan sebagai berikut:
Mendekati hari H pernikahan Iis pada tanggal
Dua hari mendekati pelancongan ke Bantul, hanya aku dan Detty saja yang bergerak. Aku menghubungi Doranth dan tidak ada balasan barang satu pesanpun. Akhirnya aku berangkat ke tempat Iis dengan menggunakan sepeda motor Mamen di Detty. Meluncurlah…
Acara telah berlangsung dan secara jujur aku akui tak ada kesan yang menunjukkan foya-foya, menunjukkan sangat sederhana tanpa menghilangkan maknanya. Aku jadi salut dengan mereka berdua, karakter mereka berdua yang rendah hati terlihat di
Waduh kehabisan energi aku menceritakan Iis dan Farid, soalnya mereka berdua sangat jarang terdengar beritanya. Tahu-tahu menikah. Ya selamat deh….
OK Is, aku telah menulis cerita tentang pernikahanmu, tuntas sudah janjiku, tapi aku tidak percaya diri menulis ini karena kamu memang jarang ter-expose. Maaf Iis dan Farid…tapi aku berdoa semoga kalian bahagia. Bravo Balong 5
Post a Comment