CPNS DOSEN 2014 (Bagian 6): Ada Kejutan Memprihatinkan
'Sudah kamu pilih, Le?' tanya ibu dari rumah. 'Jadi Semarang, kan?'
Bapak dan ibu berharap saya gol masuk ke Universitas Negeri Semarang biar dekat dengan mereka. Senin pagi berangkat naik kereta ke Semarang dan Jumat sore pulang untuk akhir pekan bisa bersama di Purwodadi kota tercinta. Namun, saya mencium gelagat aneh dari ucapan ibu yang kembali lagi memancing ide pernikahan yang beberapa hari lalu kami sepakati untuk tidak diobrolkan.
Ternyata, kabar ini saya dapat dari adik saya, bapak ibu punya maksud menjodohkan saya dengan seorang cewek yang katanya anak saudagar kaya namun bertubuh bongsor besar dan tangan kakinya berbulu. Oya, punya kumis tipis. Alamak, saya tahu itu anak Pak Haji Harun juragan beras. Saya pengin fokus lulus dulu tes CPNS dosen tahun itu, keluh saya dalam batin.
'Siap, Bu!' saya menimpali telepon ibu.
'Lulus dosen, segeralah kamu nikah, Le. Biar ibu bapak tenang.' tambah ibu bersemangat.
'Injih. Iya, Bu.' jawab saya datar.
Harus bukan dengan anak Pak Haji Harun yang berbulu itu. Menikahinya berarti akan bersatu dengan gorila, gerutu saya. Emosi saya jujur saja waktu itu terganggu oleh ide penjodohan saya dengan perempuan pilihan orang tua saya.
***
'Pilih universitas lain?'
Sebuah ide menampar kepala saya pada dua hari berikutnya. Kebetulan juga, formasi dosen jurusan teknik sipil di Universitas Negeri Semarang tetiba hilang. Tak ada di daftar website Kemdikbud. Awalnya saya berpikir itu kecurangan orang dalam Unnes, entah ada orang penting di sana yang punya jagoan, pastinya itu berkah buat saya biar tak berjodoh dengan perempuan berkumis tipis anak juragan Harun.
'Saya musti ngepot!' seru saya.
Laporan saya kirim ke ibunda jika formasi dosen teknik sipil tidak ada. Waktu itu, ibu kecewa yang berarti tak akan besanan dengan Pak Haji Harun. Namun setelah saya kirim bukti, ibu percaya dan menyuruh saya mencari universitas lain.
'Pilih yang Jawa Timur, Le! Siapa tahu dapat jodoh orang Madura. Anak juragan sate.' pinta ibu. 'Biar cucuku nanti makan sate tiap hari.'
Dari intonasi ibu, beliau pengin menimang cucu dari saya. Saya ingat jika salah satu ambisi ibu dari dulu pengin jadi pemenang lomba karapan sapi di Madura.
'Saya nggak suka Jawa Timur, Bu!' seru saya.
'Kenapa?' tanya ibu saya.
'Saya punya kekecewaan sama orang Jawa Timur, Bu.'
'Siapa, apa, dan kenapa?'
'Gus Dur terlanjur meninggal sebelum saya sempat mewawancarainya.'
'Kirain cewek .... Lalu, universitas mana yang kamu pilih? Papua?'
'Jawa Barat. Di daerah Sunda!'
***
Post a Comment