Berharap menjadi Manajer Dewi Persik
Masuk ke Jakarta, satu tekad bulat dan panasku: Berjumpa dengan Dewi Persik. Aku pemuda yang ingin membangun sebuah hubungan pertemanan, dengan artis idolaku sepanjang masa. Setiap gerak langkahnya, ucapannya, baju yang dia kenakan, aku tiru habis. Tak tahu mengapa, aku sangat terobsesi dan ingin sekali memberi ciuman di punggung tangannya sebagai bentuk penghambaan. Ya, jika mujur, aku bersedia menjadi manajernya. Belajar menjadi insan kreatif, mempermainkan media hiburan tanah air.
Dewi Persik, wajahmu terus membayang. Di kereta menuju Jakarta, aku mengucapkan berbagai doa, 'Semoga kelak aku menyambangi dirimu, oh DewPer!' Berkali kali hingga aku tertidur, di bahu seorang kakek yang dari obrolan sebelumnya ingin mengunjungi cucunya.
Syaiful Jamil, sudah sejak lama aku benci kepadanya. Aku bangun, kaget setengah mati, setelah mimpi mendepakku. Mantan suami DewPer menendangku, tak rela aku bertemu dengan pujaannya. Kesal, marah, ingin kuludahi jika bertemu dengan lelaki itu. Hanya aku yang berhak mengatur setiap pertunjukan yang Dewi lakukan. Seorang manajer paling loyal, aku ingin menjadi.
I-pod memutar lagu DewPer, tak ada penyanyi lain. Hanya DewPer seorang. Berulang ulang hingga aku yakin jika orang lain mendengarnya pasti muntah. Menikmati lagu lagu DewPer tak ubahnya menyesap sebuah karya maha abadi Monalisa. Menurut kabar angin, DewPer memang sangat mengagumi karya Leonardo da Vinci itu. Pasti, aku mendukung apapun yang dia lakukan. Aku menconteknya. Tidak masalah. Inilah duniaku, meski menjadi seorang plagiator yang tidak memiliki jati diri. Setidaknya suatu saat ada yang aku ajak jalan jalan menyusuri pasar. Jika pun DewPer jatuh miskin, bangkrut, aku rela menemani dia hidup menjadi gembel.
DewPer, tunggu aku di kotamu. Di Jakarta. Aku berjanji tidak akan menggelapkan uang hasil kerjamu. Demi langit dan bumi, terimalah aku menjadi manajermu.
Dewi Persik, wajahmu terus membayang. Di kereta menuju Jakarta, aku mengucapkan berbagai doa, 'Semoga kelak aku menyambangi dirimu, oh DewPer!' Berkali kali hingga aku tertidur, di bahu seorang kakek yang dari obrolan sebelumnya ingin mengunjungi cucunya.
Syaiful Jamil, sudah sejak lama aku benci kepadanya. Aku bangun, kaget setengah mati, setelah mimpi mendepakku. Mantan suami DewPer menendangku, tak rela aku bertemu dengan pujaannya. Kesal, marah, ingin kuludahi jika bertemu dengan lelaki itu. Hanya aku yang berhak mengatur setiap pertunjukan yang Dewi lakukan. Seorang manajer paling loyal, aku ingin menjadi.
I-pod memutar lagu DewPer, tak ada penyanyi lain. Hanya DewPer seorang. Berulang ulang hingga aku yakin jika orang lain mendengarnya pasti muntah. Menikmati lagu lagu DewPer tak ubahnya menyesap sebuah karya maha abadi Monalisa. Menurut kabar angin, DewPer memang sangat mengagumi karya Leonardo da Vinci itu. Pasti, aku mendukung apapun yang dia lakukan. Aku menconteknya. Tidak masalah. Inilah duniaku, meski menjadi seorang plagiator yang tidak memiliki jati diri. Setidaknya suatu saat ada yang aku ajak jalan jalan menyusuri pasar. Jika pun DewPer jatuh miskin, bangkrut, aku rela menemani dia hidup menjadi gembel.
DewPer, tunggu aku di kotamu. Di Jakarta. Aku berjanji tidak akan menggelapkan uang hasil kerjamu. Demi langit dan bumi, terimalah aku menjadi manajermu.
hihihi....sempet mengira ini cerpen... eh apa iya???
BalasHapusIni adalah majalah gosip paling mutakhir. hehehe
BalasHapusYa benar. Aku lagi demam DewPer.
Semoga beberapa hari turun panasku. Amin.
Ayolah bantu doa. Owkeh?
bantu doa? kamu kan perlunya obat, ahaha...
BalasHapusTanpa resep dokter tidak bagus. Harus diawasi ketat.
BalasHapusjangan terlalu percaya dokter, mereka juga cuma kira2 aja, kok. Yang tahu apa salah benarnya kan diri sendiri. Makanya Socrates bilang kenalilah dirimu, karena obat terbaik itu dirimu sendiri yg tau....*hoho...sok filosofis
BalasHapusMasalahnya Socrates itu landasan bagi para psikolog, jadi psikolog ga pernah kasih obat, kasihnya cuma nasi.........hat, haha... psikolog yg baik malah harusnya ga kasih nasihat ama klien....
sori jadi cerewet yg engga penting :D
santai saja. Aku juga lagi cari Dewi Persik yang bisa nasihatin aku.
BalasHapusJadi tinggal aku suruh masakin sayur ikan pari. Itu kesukaanku. Met makan. Mari.
ya ampyuunnnnn itu DewPer kok jadi mirip pembantu? mendingan kamu cari aja pembantu....cepat dan praktis.
BalasHapusMet pagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii............yuk yuk mari lah kemari, haha
Susah banget dapat budak yg loyal.Smwa dah diekspor utk dicambuk di LN.Oh,cerdas sekali pemerintah kita.
BalasHapusNov,apa kita bikin biro jasa penyaluran TKI aj y?Gimana menurutmu?
hihi.... aku mau kalau kesejahteraan TKI di LN udah diperhatikan ama pemerintah. kalau belum aku ga mau menjerumuskan orang dalam solusi yg semakin membuat masalah....*halah :D piss
BalasHapusJadi kau anggap sekarang ga diperhatikan?
BalasHapusKemarin aku ketemu orang di kereta. Dia bilang udah abis 9 juta ama PJTKI. N baru diurus paspor. Ga tahu selanjutnya diperas apa engga.
Aku ngurus sendiri paspor di Bandung cuma abis 270 ribu.
Menurut info, Semarang 600 ribu. Jakarta, 400 ribu.
Kesimpulan: Warna warni imigrasi.
Wis Nov. Bisnis benang jahit saja yuk.
hihi.....maju terus pantang mundur yach :P
BalasHapusbisnis benang jahit? maksudnya distributor? btw benang jahit itu juga banyak yg impor dari cina lhoooo...........*dasar negara tukang impor, bisanya cuma ekspor TKI, itupun jadi tenaga kasar :P
Maksudku, benang entu buat ngejahit mulut anak anak bangsa yang kebanyakan bacot. Yang ga suka teman maju, malah berusaha keras menyingkirkan. Ini nyata lo.
BalasHapusDasar ya, yang díincar lurus lurus saja. Baru nyadar pas dah di luar.
Tapi tak ape ape. Yang pasti, filosofi benang harus kita pegang:makin mbundet,makin asoy usaha kita buat ngurai. Wokey?
hahaha....oke deh...*udah terpana dengan kata-katanya, jadi spechless,hihi
BalasHapusHalah. Aku bukan Sri Bintang Pamungkas.He6.
BalasHapusDia dimana sekarang ya?
Masak kalah terkenal ama Olga Syahputra?
hahaha...ga berpolitik lagi kali. abis, jd bintang di langit itu kan enak dan indah diliat, tp sulit digapai :P
BalasHapusNtar nama penaku adalah
BalasHapusDanny Tanah Bergelombang, jurusan Purwodadi - Solo. Kilometer Pitu Likur.
Ntar Jumat Wage, Sapar, aku adain selamatan ganti nama. Eyu kuundang ya, Nop.
BalasHapusPasangan serasi. Senang benar aku, lihat kemesraan antar teman macam ini. Kutunggu undangannya. Walopun belum tentu datang.
Oalah ahli nujum datang. Bisa liat jenis kelamin anak kami ga, Mbah?
BalasHapus
BalasHapusSayangnya, bakalan mirip kau, Ndhy. Malang benar, nasib anakmu.
Alhamdulillah ganteng dan penuh cinta. Monyet. Cinta Monyet. Nada bacamu salah, Pha.
BalasHapusweleh..weleh...kok pada ngomongin anak aja, nih..
BalasHapuslah kapan kalian nikah??? hahaha...
Nikah Maret 2005 sebelum Masehi.
BalasHapusYu no wat?
Kami makhluk luar angkasa bercelana jeans Lea Waroka.
BalasHapusSengsu. Tongseng Asu. Hus, lambemu, Fa.
Maksude apa iki? Kamu ditongseng Pha? Huwahaha
BalasHapus
BalasHapusKalo yakin enak, silahkan saja.
Change, we need!
BalasHapus