STOP TANYA "KAPAN KAWIN?"
Pertanyaan "kapan kawin?" menghantui saya nyaris sepuluh tahun. Tidak orang tua, keluarga besar, siapa saja melontarkan kalimat kejam itu. Waktu itu, seluruh isi kepala saya koyak seolah ingin ke luar dari mulut saya. Adakah pertanyaan lain yang lebih adil bagi saya? Seperti, 'Kerjaanmu bagaimana? Karirmu mantap bukan, Dan?'
Mata mata melotot terarah saya dengan mulut mulut mencibir deras. Mereka, iya orang orang yang selalu menuntut agar saya segera mengakhiri penderitaan saya sebagai bujang. Bagi tante, om, pakde, bude, tetangga, semuanya menganggap lajang ialah penderitaan. Kalau pun agama mengizinkan penghangusan para bujang, pasti saya yang dimatikan urutan pertama oleh mereka.
Tiap lebaran ialah puncak ketragisan sebagai manusia belum menikah. Saya selalu menarik diri dari kumpulan keluarga. Beribu alasan saya ucapkan lirih yang intinya saya tidak percaya diri. Keyakinan diri saya sebagai makhluk ciptaan Alloh menguap entah ke mana. Ketakutan saya cuma satu yaitu pertanyaan 'kapan kawin?'
Ketika itu saya tak mengerti apa yang menjadikan saya begitu. Setelah sekarang saya memasuki dunia pernikahan, alhamdulillah mulut mulut dari para pembacot telah terkunci rapat, ketakutan menikah tidak terbukti. Jauh dari perkiraan saya yang mengatakan menikah itu mengerikan. Justru mengasyikkan. Banyak barokah yang saya bisa rasakan.
Pada detik ini, saya merenung tentang pernikahan yang membuat saya tersenyum senyum sendiri mumpung istri saya memasak di dapur.
Mata mata melotot terarah saya dengan mulut mulut mencibir deras. Mereka, iya orang orang yang selalu menuntut agar saya segera mengakhiri penderitaan saya sebagai bujang. Bagi tante, om, pakde, bude, tetangga, semuanya menganggap lajang ialah penderitaan. Kalau pun agama mengizinkan penghangusan para bujang, pasti saya yang dimatikan urutan pertama oleh mereka.
Tiap lebaran ialah puncak ketragisan sebagai manusia belum menikah. Saya selalu menarik diri dari kumpulan keluarga. Beribu alasan saya ucapkan lirih yang intinya saya tidak percaya diri. Keyakinan diri saya sebagai makhluk ciptaan Alloh menguap entah ke mana. Ketakutan saya cuma satu yaitu pertanyaan 'kapan kawin?'
Ketika itu saya tak mengerti apa yang menjadikan saya begitu. Setelah sekarang saya memasuki dunia pernikahan, alhamdulillah mulut mulut dari para pembacot telah terkunci rapat, ketakutan menikah tidak terbukti. Jauh dari perkiraan saya yang mengatakan menikah itu mengerikan. Justru mengasyikkan. Banyak barokah yang saya bisa rasakan.
Pada detik ini, saya merenung tentang pernikahan yang membuat saya tersenyum senyum sendiri mumpung istri saya memasak di dapur.
Post a Comment