DOSEN sebagai ENTERTAINER
Mimpi terbesar saya sebagai penghibur ulung. Ketika saya berada di atas panggung, dalam sorotan lampu warna warni berwatt watt yang hingar bingar, di antara tepuk riuh penonton yang mengulas senyum lebar mereka, saya memberi hormat teduh usai pentas saya. Para penggemar saya terpuaskan ketika menikmati atraksi seni saya di studio berAC dan pulang memberi tahu pada sanak kadang di rumah dan bilang:
'Wah, Mas Danie hebat! Keren!'
Pun saya teringat semasa kuliah, teman kos menyetel TVnya keras keras. Belajar saya terganggu oleh acara komedi yang pemirsanya berteriak teriak seperti orang kesetanan. Saya banting buku dan merebahkan tubuh saya sambil menatap langit langit kamar dengan hati mangkel pada teman kos saya yang cekikan.
'Oke, kamu bisa tertawa tawa begitu! Suatu saat, saya yang akan bikin kamu MATI tertawa?!' seru saya.
Sejalan waktu, saya menemukan kesenangan yang mewakili diri saya yaitu menulis. Di situlah saya bisa melampiaskan ekspresi dari rasa dan pikiran saya. Olah mengolah saya mulai nyaman pada zona menulis komedi. Buku bagaimana menulis komedi baik dalam maupun luar, film dan video lokal juga internasional, saya babat habis untuk memperkaya dan memahirkan kemampuan menulis komedi saya. Impian saya dulu tidak muluk seperti menaklukkan jagad komedi tanah air, melainkan biar teman kos saya tempo lalu mati tertawa oleh karya saya.
***
Takdir memberi jalan lain. Saya sekarang jadi dosen teknik sipil. Ini agak berbeda dengan keinginan saya sebagai komedian. Pikiran awal saya, dosen ialah serius yang seram dan menampilkan rumus rumus di depan kelas sampai mahasiswanya muntah darah bahkan muntaber. Bagaimana cara membagi otak ini biar seimbang? Dosen jalan dengan baik, mimpi entertainer lancar pula!
Akhirnya saya mulai paham jika seorang dosen ialah penghibur ulung. Ialah memberi asupan materi kuliah pada mahasiswanya, memberi petuah petuah bijak, dan menghibur lewat banyolan cerdasnya.
Dosen : sang artis
Mahasiswa : penonton yang menikmati karya
Inilah kesempatan terbaik saya meramu formula mengajar yang berbeda dari dosen pendahulu saya. Di depan kelas, saya musti mampu mengajarkan materi kuliah sesulit apapun namun mudah mahasiswa memahaminya. Saya juga bisa mengajak mereka berdiskusi dua arah, menantang mereka berpikir kritis dan rasional. Selain itu, saya dan mahasiswa musti mampu memakmurkan kelas sehingga meriah dan tak membosankan.
Wah, sudah tak boleh lagi saya mundur dari niat besar saya sebagai dosen entertainer. Panggung kelas telah saya punyai, waktunya bercengkerama akrab bareng mahasiswa universitas Siliwangi Tasikmalaya!
'Wah, Mas Danie hebat! Keren!'
Pun saya teringat semasa kuliah, teman kos menyetel TVnya keras keras. Belajar saya terganggu oleh acara komedi yang pemirsanya berteriak teriak seperti orang kesetanan. Saya banting buku dan merebahkan tubuh saya sambil menatap langit langit kamar dengan hati mangkel pada teman kos saya yang cekikan.
'Oke, kamu bisa tertawa tawa begitu! Suatu saat, saya yang akan bikin kamu MATI tertawa?!' seru saya.
Sejalan waktu, saya menemukan kesenangan yang mewakili diri saya yaitu menulis. Di situlah saya bisa melampiaskan ekspresi dari rasa dan pikiran saya. Olah mengolah saya mulai nyaman pada zona menulis komedi. Buku bagaimana menulis komedi baik dalam maupun luar, film dan video lokal juga internasional, saya babat habis untuk memperkaya dan memahirkan kemampuan menulis komedi saya. Impian saya dulu tidak muluk seperti menaklukkan jagad komedi tanah air, melainkan biar teman kos saya tempo lalu mati tertawa oleh karya saya.
***
Takdir memberi jalan lain. Saya sekarang jadi dosen teknik sipil. Ini agak berbeda dengan keinginan saya sebagai komedian. Pikiran awal saya, dosen ialah serius yang seram dan menampilkan rumus rumus di depan kelas sampai mahasiswanya muntah darah bahkan muntaber. Bagaimana cara membagi otak ini biar seimbang? Dosen jalan dengan baik, mimpi entertainer lancar pula!
Akhirnya saya mulai paham jika seorang dosen ialah penghibur ulung. Ialah memberi asupan materi kuliah pada mahasiswanya, memberi petuah petuah bijak, dan menghibur lewat banyolan cerdasnya.
Dosen : sang artis
Mahasiswa : penonton yang menikmati karya
Inilah kesempatan terbaik saya meramu formula mengajar yang berbeda dari dosen pendahulu saya. Di depan kelas, saya musti mampu mengajarkan materi kuliah sesulit apapun namun mudah mahasiswa memahaminya. Saya juga bisa mengajak mereka berdiskusi dua arah, menantang mereka berpikir kritis dan rasional. Selain itu, saya dan mahasiswa musti mampu memakmurkan kelas sehingga meriah dan tak membosankan.
Wah, sudah tak boleh lagi saya mundur dari niat besar saya sebagai dosen entertainer. Panggung kelas telah saya punyai, waktunya bercengkerama akrab bareng mahasiswa universitas Siliwangi Tasikmalaya!
Apakabar Mas Danie? senang bertemu blog anda lagi.
BalasHapusHai, Mas Hen Sam. Kabar saya baik. Terima kasih sudah berkunjung di blog sy ya hehe.
HapusSibuk apa?