Seekor Anjing, Waria, dan Petugas Patroli
Seekor anjing mengerang, lepas dilempar sepatu jinjit oleh seorang Waria. Suaranya memelas, saat itu ia sedang tidur pulas. Setelah seharian mengais ngais tulang di bak bak sampah di RT. 34 Kemayoran Baru. Tak mendapat tulang, ia hanya makan nasi basi. Perutnya sedikit sakit, tak sampai mencret memang. Dan, suara sirine Petugas Patroli Keamanan memecah malam. Dua, tiga, atau sepuluh orang dikejar oleh satu tim pencari para penjahat sosial.
Si anjing awalnya tak peduli, malam terlalu nyaman untuk sekadar membuka mata. Tapi, sekali buntutnya diinjak orang yang berlari, ia biarkan.
Dua kali, buntutnya diinjak lagi. Rasanya sepatu jinjit membuatnya sakit. Membuat si anjing bangkit. Mengamati keadaan, ternyata, tempat ia tidur tengah heboh.
Menggonggonglah ia.
Suara makin ramai.
Semprit peluit petugas juga menghias.
Para waria kalang kabut menyelamatkan diri. Tak ingin mereka dihajar nanti di bui. Ditanya macam macam, ditanya jenis kelamin apakah yang sesunggunya, atau sehari mendapat berapa rupiah, adalah pertanyaan yang kejam. Maka belarilah mereka. Menyelamatkan harga diri dari petugas keamanan. Selamatlah dunia mereka.
Anjing makin kuat menggonggong.
Waria dengan nomor dada #32 berbadan gemuk lari terengah engah. Buncit dengan dandanan menor, tak kuat lagi. Ia tertangkap. Dilempar ngawurlah sepatu jinjitnya. Kena kepala si Anjing.
Anjing mengumpat.
Dan, malam itu petugas keamanan berhasil menangkap satu mangsa. Lumayan untuk membuat laporan ke atasan. Jika sudah melakukan pekerjaan terbaik. Menertibkan masyarakat, setelah seminggu yang lalu menertibkan lapak lapak warga, meski umpatan menyebar dari mulut para pedagang.
Perjuangan belum berakhir. Masih ada yang harus ditaklukkan.
Anjing, waria, dan petugas keamanan.
Si anjing awalnya tak peduli, malam terlalu nyaman untuk sekadar membuka mata. Tapi, sekali buntutnya diinjak orang yang berlari, ia biarkan.
Dua kali, buntutnya diinjak lagi. Rasanya sepatu jinjit membuatnya sakit. Membuat si anjing bangkit. Mengamati keadaan, ternyata, tempat ia tidur tengah heboh.
Menggonggonglah ia.
Suara makin ramai.
Semprit peluit petugas juga menghias.
Para waria kalang kabut menyelamatkan diri. Tak ingin mereka dihajar nanti di bui. Ditanya macam macam, ditanya jenis kelamin apakah yang sesunggunya, atau sehari mendapat berapa rupiah, adalah pertanyaan yang kejam. Maka belarilah mereka. Menyelamatkan harga diri dari petugas keamanan. Selamatlah dunia mereka.
Anjing makin kuat menggonggong.
Waria dengan nomor dada #32 berbadan gemuk lari terengah engah. Buncit dengan dandanan menor, tak kuat lagi. Ia tertangkap. Dilempar ngawurlah sepatu jinjitnya. Kena kepala si Anjing.
Anjing mengumpat.
Dan, malam itu petugas keamanan berhasil menangkap satu mangsa. Lumayan untuk membuat laporan ke atasan. Jika sudah melakukan pekerjaan terbaik. Menertibkan masyarakat, setelah seminggu yang lalu menertibkan lapak lapak warga, meski umpatan menyebar dari mulut para pedagang.
Perjuangan belum berakhir. Masih ada yang harus ditaklukkan.
Anjing, waria, dan petugas keamanan.
Post a Comment