Mie Godog Jawa Rasa Smarty
Saluran televisi sedang menampilkan acara masak-memasak yang sedang menjadi trend masa kini. Wisata kuliner begitu tajuknya. Entah darimana kata kuliner itu datang, setahun yang lalu tak terdengar kehadirannya. Sama halnya ketika kata asoy, uhui ataupun jenis kata yang menjulang cepat namun segera memudar. Yah, mungkin inilah kelas bangsa kita, sepertinya suka sesuatu yang menggebu-gebu nan instan.
Tak dapat dipungkiri pola fikir masyarakat saat ini mulai bergeser dari kegemaran melahap makanan ala barat; seperti burger, berbagai merek franchise fried chicken, beralih kepada makanan bangsa sendiri. Sebuah perkembangan yang menggembirakan dalam proses pencarian jati diri. Kita dapat mengambil rujukan berita terbaru di Inggris, di mana pemerintahannya telah menganjurkan rakyatnya untuk mengurangi makanan berlemak yang ditawarkan gerai-gerai makanan junk food. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pola makanan saat ini amat tak rasional bagi kesehatan tubuh. Jadi momentum wisata kuliner menjadi pijakan bagus bagi kita untuk meningkatkan rasa nasionalisme.
Inspirasi meledak-ledak
Bukan perutku saja yang mengeluarkan lendir pemohon asupan, mataku yang melihat acara tersebut memerah –bak banteng Spanyol- tanda emosi ingin memangsa sesuatu. Akibatnya tekanan darahku naik seketika, merasa gemas karena tak dapat menuruti kemauan seperti menu dalam tayangan TV. Dengan intelektualitas yang masih tersisa, kelajuan berfikirku kuarahkan kepada bagaimana melakukan aktivitas minimal mendekati acara tersebut.
Thuing…di atas kepalaku tiba-tiba tercipta pijaran bola lampu seperti animasi Jepang dengan telunjuk terangkat. Pendekatan realistisnya layaknya sir Isaac Newton mendapatkan ide saat buah apel jatuh dari dahannya. Tepat. “Aha…aku akan bereksperimen membuat menu makanan lezat ala smarty”, batinku. Kuintip pelan-pelan dari jendela, kebetulan ibu asrama masih sibuk mencatat bahan masakan di depan TV. Saatnya aku beraksi memporakporandakan dapur.
Kulangkahkan kaki ke dapur dengan sedikit berjinjit. Sekali telepekan kaki menghasilkan suara nyaring, dijamin semburan nafas panas ke luar dari mulutnya yang amat terlatih. Menu yang akan aku buat adalah bakmi jawa. Tapi masih belum tahu bahan dasarnya terdiri dari apa? Aku kenang kembali rasa bakmi jawa yang sering aku beli di dekat asrama. Kuulang-ulang terus tapi masih belum menemukan jawaban yang tepat. Akhirnya aku melakukan sistem trial and error dalam aksi dapur ngepul ini.
Pertama aku cari mie bihun, kupilih mie berwarna putih karena yang warna kuning baru kampanye politik road show diiringi orkes dangdut penarik massa. Emang partai pohon yang banyak hantunya. Pendidikan politik yang sangat murahan, mengandalkan liukan pantat biduan penuh tato, di lengannya lah, setelah itu juru kampanyenya menyelingkuhinya pula (ingat kasus Mencincang Moechtar?). Wow..kok malah membahas politik. Bihun itu aku rendam dalam air supaya melembek, soalnya kalau tak dibasahi, apa mau makan bercitarasa sapu lidi? Ngaco sekali.
Bagaimana dengan bumbu? Kurasa mutlak diperlukan lombok, bawang merah, bawang putih, sedikit merica, kemiri mungkin. Sebenarnya pandanganku melirik kepada batangan jahe, tapi apa nanti tak berubah menjadi sekoteng. Parah nih. Aku batalkan jahe kupindah channel memegang laos. “Wah, ini mah obat panu!”, aku teringat simbahku berujar jika totol-totol putih di sekujur tubuhmu pakailah laos. Digosokkan ke seluruh kulit yang berpenyakit sampai lecet dijamin sembuh. Ya jelas sembuh, kulit lama terangkat digantikan kulit baru. Emang ular! Sebenarnya ini acara kuliner apa pengobatan alternatif sih?
Jangan lupa sayuran; kol, daun bawang dan seledri, terlihat dalam satu paket plastik. Bayanganku itu adalah persediaan ibu asrama untuk diolah esok hari, tapi karena perngidaman harus segera dituruti kusikat juga. Masa bodo besok aku terdamprat habis, setelah selesai memasak dan makan mie godog, kuulur-ulur telingaku biar volume masukan suaranya bertambah. Oh, rabbit..I really miss you!
Proses memasak:
1. Tuangkan minyak goreng secukupnya, lebih bagus jika digunakan margarin, ke dalam wajan penggorengan. Tunggu sampai panas, tapi jangan sampai jari-jari masuk ke dalam, dijamin hancur berderai, meraung-raung, meronta saat dipaksa.
2. Tumis pelan bumbu-bumbu yang disediakan, aduk dengan perasaan syahdu. Iringi dengan musik klasik jika menginginkan sensasi pilu, musik rock jika menghendaki rasa yang ekstrim, musik jazz bila rasa tak menentu, bahkan musik dangdut juga bagus untuk rasa transparan. Setransparan apa ya? Seorang koki berkebangsaan Italia, Fransesco Materazzi, mengatakan di saluran Indotyson “Kondisi hati kita menentukan cita rasa masakan”. Jadi dilarang memasak buat ibu-ibu saat “bulan” datang mengunjungi, dijamin rasa menjadi sepet, hambar dan tak menggigit. Maksudku kondisi akhir bulan, saat uang suami telah habis dibelanjakan aneka make up.
3. Masukkan sayuran dengan porsi mini saja, kalau kebanyakan bisa-bisa dikatakan memberi makan kambing, “mbeeekkkkk!”.
4. Masukkan air ke dalam wajan, tunggu selama 20 menit sampai dengan asat. Jangan sampai anda ketiduran, telinga di tutupi walkman, maka dijamin masakan anda hangus diisap bara api.
5. Beri kecap manis, garam, penyedap rasa, sebagai bumbu penambah cita rasa.
6. Setelah matang, angkat masakan dan siapkan dengan taburan bawang goreng. Maka hidangan siap disantap.
Karena ibu mes membaui masakan yang aku buat, dengan sangat tiba-tiba ia mendekatiku dan aku tak menyangka kehadirannya. Badan ini terasa bergetar, lutut bergemurutuk, mata ingin menumpahkan air bah, rambut naik seperti kesetrum, menunggu kemarahan ibu meluap. Tapi apa nyana, keluar ucapannya, “Andhy, bagi donggggg!”
hmmm.. enak gak ya? aku tidak percaya kamu bisa masak? tapi aku gak ragu dengan selera indera pencecapmu soalnya kalo kemahiran yang satu itu bisa dilihat dari bentuk badanmu :)) huakakakak
BalasHapusYah ga percayaa....wah kok ya nglihat badannnnn....SARA tuh...hehehehehe...tapi aku bersyukur ko, minimal dilihat ga mbosenin..kekekekeke
BalasHapusresep apaan sih ini? dah diuji di dapur femina belom? di dapur suryasenja juga boleh tuw :p, biar aku bisa ikutan mencaci...heheh
BalasHapusMau percaya tp ga yakin, ga percaya kok kayanya enak. mmhh....masakin dana dl, br dech dana percaya.... :)
BalasHapusPara perempuan yang selalu memandang lelaki lemah...Kalau ga percaya? tanya deh pada rumput yang bergoyang.....dijamin sedap deh masakanku
BalasHapusKenapa gak coba bikin roti? Di Loveless Romantics ada resep Roti Isi Ayam, hehehe......
BalasHapusntar coba aku belanja dulu di pasar ujung berung ya
BalasHapuskalau dah mateng, ntar aku tilvun