Header Ads

ALUN ALUN TASIK yang CETAR


Kita butuh taman bermain. Sudah saatnya kita ke luar rumah, menghirup udara kota sebanyak banyaknya meski sedikit sedikit ada butiran debu dan gas monoksida angkot. Berangkat dari rumah jalan kaki atau lari lari kecil menuju Alun Alun Kota Tasik, kita bergabung dengan warga yang riuh mengolah tubuh. 

Alun Alun biasanya menandai jika pusat kota ada di situ. Tak kaya tengah kota lain yang besar, Alun Alun Tasik kecil namun kalau pagi dan sore hari, terutama minggu akan tumplek warganya. Saya mencermati jika warga kota ini suka lari lari. Mereka tampak santai mengitari Alun Alun tanpa memaksakan diri. Kesan yang saya dapat, santai dan tak malu malu mereka mencampur joggingnya dengan jalan kaki kecil. Kita bukan atlet sprinter, batin saya. 

Minggu pagilah primadona itu. Ibu ibu berbaris rapih mengelilingi tugu Alun Alun, dipimpin seorang tua perempuan, dan senam bersama. Selebihnya yang lain lari lari yang menyehatkan. Di samping Alun Alun, gerobak penjual aneka makanan siap sedia menyemarakkan perut di waktu sarapan. Bubur ayam, siapa suka bisa memesan dan duduk menunggu, lalu hap! Gorengan, saya sih tidak merekomendasikannya karena lemak tubuh akan naik, mengincar Anda dan siap merenggut hati Anda buat menyantapnya. Lengko, roti, nasi ramed, sagala aya. Semua ada. Lengkap! 

Berada di Alun Alun seolah menemukan suasana haru biru yang perlahan mengikat jiwa saya pada Kota Tasik. Entah ikatan itu sementara atau abadi, saya tidak begitu memusingkannya. Saya sekadar berusaha mencitai Tasik dengan sepenuh pengorbanan saya. Jika Tasik kurang menyukai saya, tidak jadi permasalahan rumit. 

Ahhh, waktunya ke Dadaha! Di situ juga berkumpul banyak orang yang olahraga. Dan pacaran! Pssst, pelan pelan kita ngobrolnya. Anggota Sapu Akhlak mengintai kita yang berbuat mencurigakan. Salam ....

Tidak ada komentar