Header Ads

SANG GEISHA TUA


Spontan saya angkat HP dan rusuh merogoh lembar uang di saku. Si ibu berkerudung pengamen di bus Damri jurusan Karawaci - Slipi membuat saya takjub. Ia menyanyi karaoke, suara penyanyi aslinya tetap terdengar, dengan lagu milik band Geisha. Pikiran saya mengembara ke mana mana dalam pingkal senang saya.

1. Saat bait lagu "lumpuhkanlah ingatanku", saya menduga si ibu pengamen ini amnesia tak mampu mengenali dirinya sendiri dan menyangka dirinya seorang idol dan kami penumpang bus ialah para fansnya. Pun si ibu yang bergigi ompong kenes bernyanyi penuh percaya diri.

2. Si ibu ini terjebak dalam penguasaan majikan bengis disuruh mengamen dengan modus baru: karaoke yang mengontradiksikan antara ia yang sepuh dengan lagu melankolis agar para penumpang bus tertarik iba sekaligus senang berujung memasukkan uang yang lebih besar. Sungguh bisnis pengemis telah merusak mental seorang ibu yang semustinya menyusui anak kembarnya kiri dan kanan bersamaan. Jikapun ia punya sepasang anak kembar.

Saya perhatikan gaya busana ibu di depan saya rapih. Wajahnya yang polos tak mencerminkan ia dalam hipnosis komplotan pebisnis pengamen Ibukota. Tapi saya teringat pesan adik saya jika di Jakarta musti pintar jaga diri biar tak tertipu oleh wajah wajah memelas. Namun lagi, opini itu saya yakin tak berlaku pada si ibu pengamen di depan saya. Ia pasti baik! Barangkali, ia mengadu nasib lewat mengamen untuk menguliahkan lima anaknya di UGM. Siapa tahu, kan?

Lagu keduanya: Vina Panduwinata!

Lagi lagi si ibu ini mempermainkan perasaan penumpang bus lain. Cara ia menghibur dirinya yang tak lebay memicu saya mengikuti lagu sembari menepuk nepuk paha saya sendiri bukan punya bapak di samping saya.

"Dari semuanya, lelaki yang pernah mencumbui aku ...."

Nyaris saya mengoreksi lirik lagu "Logika" yang salah. Seharusnya "mencintai". Atau menodai? Mengutangi? Saya jadi kebingungan sendiri. Namun saya benamkan naluri keinginan meralat itu karena akan mengurangi nilai seni yang si ibu tampilkan. Sampai lagu selesai dan pamitan, saya masih kagum dengan perjuangan si ibu. Saya terus memupuk pikiran positip padanya.

Plastik bekas minyak goreng Kunci Mas si ibu ulurkan. Dan lembar lima ribu rupiah teruntuknya sebagai apresiasi bagi si ibu pengamen karaoke di bus Damri ini.

Tidak ada komentar