Header Ads

BAYWATCH PARANGTRITIS


Ini tentang laut. Kami anak anak kelas capoeira sering berbincang laut juga pantai. Nyaris seluruh anggota kelas, kecuali Rara yang trauma karena waktu usia tujuh tahun ibunya kalap mau menenggelamkannya di laut, menyukai bahasan dua pertiga isi bumi itu yaitu laut.

'Laut tempat romantis di dunia.' kata Alex yang kali pertama bercumbu dengan pacar kelima belasnya di pantai. Ia playboy yang penuh perhitungan. Baru yang kelima belas ia rada nakal. Sedikit.

Berbeda dengan Zul. Nama lengkapnya Zulkarnaen As Segaf. Lelaki paling agamis keturunan Pakistan ini punya sudut pandang unik tentang laut. Apa itu?

Ia pernah berkata, 'Kalian tahu kenapa air laut asin?' Semua tak mampu menjawab termasuk aku. Pun ia meneruskan, 'Tuhan Maha Sempurna bukan? Tapi, untuk urusan laut ia teledor. Waktu itu ia jadi koki. Bikin menu "Sop Laut". Garamnya kebanyakan deh!'

Banyak yang mangkel dengan candaan Zul. Tapi karena lelaki ini dikenal rada sinting, kami menghargai saja. Urusan benar dan tidaknya kami tidak memedulikannya.

Kalian tahu, Para Pembaca? Kelas kami dua puluh orang. Kompak. Solid. Perbedaan kami anggap tak layak lagi diperdebatkan. Masih banyak cita cita yang ingin kami raih. Salah satunya bertamasya ke Pantai Parangtritis. Kami menyadari itu bukan cita cita. Tapi kami mohon Para Pembaca memaklumi pilihan kami.

***

Berangkat dari Jogja subuh. Hari Minggu. Kami bersepakat naik motor tanpa jaket beralasan mengetes kekuatan fisik. Termasuk Rara. Biarpun cewek, ia tak mau kalah meskipun itu tadi ia trauma laut. Waktunya Rara menghilangkan tekanan itu.


Sampai di Parangtritis jam dua siang. Lama sekali kah? Tidak juga. Soalnya waktu di tengah jalan, ke sepuluh motor, kami berboncengan jadi pas dua puluh orang, ban motor kami meletus bersamaan. Heran kan? Sejarak lima kilo kami dorong baru ketemu tempat tambal ban. Alhamdu? Lillah!

Si tukang tambal ban seorang bapak renta. Ia ditinggal selingkuh istrinya yang peyot dengan brondong kuliah semester tiga. Si bapak tak punya anak. Bisa dibayangkan menambal ban sepuluh motor seorang diri. Asoy!

***

Sampai di Pantai Parangtritis anak anak capoeira seperti menemui Taman Bermain sekelas Never Land milik Mendiang Michael Jackson. Mereka jumpalitan berakrobatik sambil tertawa tawa. Aku, lebih tertarik mendekati dua orang penjaga pantai.

Mereka duduk di bawah suar mengamati para turis. Tak seperti di serial TV, Baywatch, mereka tidak bertelanjang dada. Keduanya cowok. Dan mereka tak berotot besar malah kurus kering. Batinku, dalam hitunganku, mereka kurang menerapkan ilmu pemasaran. Coba kalau mereka rajin pergi ke fitness center, berapa tante tante girang rajin ke pantai? Profit, Men ....

Aku sok akrab memulai perbincangan dengan berkata, 'Jadah Kaliurang enak, Pak!' Nggak ada hubungannya dengan laut tapi lumayan membuka obrolan.

Adi dan Adi nama dua penjaga pantai itu. Aneh memang. Kenapa nama mereka sama dan tidak ada yang mengalah pakai nama lain. Sudah dua puluh tahun mereka jadi baywatch. Banyak suka dukanya.

'Penjaga pantai butuh niat, Mas.' kata Adi berkumis.'Kita memang tak berotot. Badan kita kecil. Tapi masalah merespon turis tenggelam, kita berdua jagonya.'
'Gimana itu, Pak!' tanyaku.
Adi kedua menimpali. 'Kita bisa membedakan mana turis serius tenggelam, mana yang sengaja tenggelam biar jadi pengikut Nyi Roro Kidul. Itu insting bermain.'

Tersenyumlah diriku. Pun kami berbincang banyak. Di antara lompatan teman teman capoeira yang bahagia, aku belajar jika penjaga pantai termasuk salah satu pekerjaan terkeren di dunia. Ia memantau dan menyelamatkan sesama. Mulia.

____________________________

Follow my twitter @AndhyRomdani & FB: Andhy Romdani

Tidak ada komentar