Header Ads

Hanuman: Sisi Lain yang Terkuak


Bertemu Hanuman di Gelanggang UGM. Rasanya, tak bisa dikatakan lagi. Jika banyak orang mengidolai manusia, justru aku binatang. Benar, Hanuman si kera putih ajaib. Sudah aku ceritakan tempo lalu kalau aku betul betul penasaran dengan sosok Hanuman. Sehari harinya ia ngapain sih? Dan, seusai penampilannya yang dahsyat mengobrak abrik Istana Alengka milik Rahwana, aku beruntung dikasih waktu oleh Hanuman. Untuk mewawancara dirinya.

Sebaiknya kita tahan dulu hasil investigasiku pada Hanuman. Aku akan sedikit bercerita tentang pentas Fragmen Ramayana. Bayangan awalku, acara ulang tahun Swagayugama, Unit Kegiatan Mahasiswa Tari Yogya Klasik, yang ke 45 berlangsung dengan penonton tak seberapa. Maklum, zaman teknologi sudah sedemikian keren dan maju, tarian banyak yang memandangnya dengan sebelah mata. Tapi apa yang terjadi? Penonton luber. Bagian depan yang duduk lesehan penuh. Belakang, penonton berdiri sesak tentu tanpa pertikaian akibat gesek menggesek badan. Kayanya mereka malah menikmati.


'Edan!' seruku sambil memandang sekeliling. 'Anak anak muda yang antusias! Bangsa yang hebat!'


Pekikku sudah selevel Bung Tomo yang mengobarkan semangat pejuang Soerabaja. Darah juangku malam itu mendidih dan berpikir kalau semangat para muda terus dipupuk seperti ini niscaya kita pelan pelan menemukan karakter. Tapi, kuingat pesan dokter kalau aku tak harus berpikir keras tentang negara.


'Berpikirlah untuk dirimu dulu, Pak!' Pak Dokter mengingatkan tentang risiko stroke, jantungan, gigi ngilu, apa saja. 'Yang kecil dari kita akan lebih baik ketimbang besar tapi kita tak pernah mampu menggayuhnya.'


'Contohnya, Dok?' kutes si dokter.


'Berlagaklah seperti kera!'


'Kera?!'

Jelas aku tersinggung dokter di hadapanku berkata seperti itu. Dia secara tidak langsung melecehkanku dengan menyuruhku jadi seperti kera. Aku dianggap binatang?! Tanganku sudah menggenggam bersiap menghantam punggung si dokter dengan sebelumnya meminta izin dirinya: 'Dok, mohon saya diluluskan memukul Anda.'

'Anda menganggap kera buruk begitu?!' si dokter mencorongkan mulutnya, wajahnya melipat lipat, tanda ia marah padaku.


'Em, em, em ....' Aku tak mampu berkata kata.

'Begini, Pak Danie. Kera tidak pernah punya niatan membunuh manusia. Itu penting kita catat. Kalaupun ada kera ngamuk sampai melukai manusia, itu karena kita mengganggu rumah mereka. Hutan tempat mereka bobo. Sedangkan kita, semena mena! Menganggap semua yang ada di Bumi milik kita saja!'

'Oke, oke, Dok. Saya lebih baik mikir diri sendiri sebelum ke masalah negara. Saya pamit. Mana resep yang harus saya tebus?' pintaku cepat cepat gemetaran kalau kalau si dokter lebih kalap.

Si dokter menyobek kertas dari notebooknya dan menyerahkan padaku masih dalam wajah besengut.

'Permisi, Dok!' pamitku.


'Ingat pesan pesanku tadi, ea ....' ia melambaikan tangan dan mengecupkan bibir dua kali. Aku pun kabur.


Di Gelanggang UGM malam Sabtu, 12 April 2013, aku sudah tak bisa kabur. Penonton menghalangiku untuk ke luar. Dan gending Jawa mengisi ruang mengajak penonton larut dalam pertunjukan.

***


Empat tarian berlangsung dengan lembek. Gaya klasik Jogjakarta yang anteng, sabar, bikin mataku seperti dilem. Pengin tidur. Para penari perempuan menampilkan keanggunan khas perempuan Jawa yang kalem. Berulang ulang aku pengin teriak, tenggorokanku seperti ada biji kedondong yang harus kukeluarkan dan berkata: 'Woi .... kalian makan apa sih bisa halus begitu?!'

Kuurungkan niat burukku dan mencoba menikmatinya. Seperti slogan acara 'Angon rasa awit kuncung tumekaning gelung', para penonton diajak untuk mengolah rasa mulai dari hal kecil sampai kelak dewasa. Wah, sama dengan pesan pak dokter tempo lalu.

Tiba sesi tarian terakhir: Hanuman Obong! Pahlawanku mulai tampil. Jantungku berdegup, cuping hidungku bergerak gerak, selain itu badanku tak dapat kutahan goyangannya. Tangan, kaki, dan pinggul merotasi di atas tikar. Aku tak peduli dengan penonton di antaraku. Mereka kucermati juga ikut lebur dengan suasana gamelan yang mulai memanas.

'We want more! We want more!' teriak para penonton.

Kuperhatikan para penari yang sudah rampung tampak bingung saat adegan Hanuman memenangi pertempuran dengan Rahwana Cs. Penonton mau gerakan apa lagi? Mungkin batin para penari begitu.


Tak ada tarian tambahan. Penonton pun menerima keadaan dengan bertepuk tangan riuh. Aku standing ovation memberikan apresiasi tertinggi buat tim Swagayugama. Ini satu bentuk dukungan moril buat mereka agar lebih bersemangat ke depan.

***

Sesi foto sudah usai. Penonton yang kebanyakan mahasiswa pulang ke kos membawa cerita hebat tentang keperkasaaan Hanuman meruntuhkan angkara murka Rahwana. Mereka akan bertukar pikiran tentang cerita di gelanggang ini. Aku masih menunggu Hanuman. Nah, dia sepertinya sedang sendiri dan tidak sibuk. Kudekati dia!

'What's up, Bro!' sapaku. Kuulurkan tanganku pada Hanuman.

Hanuman mengangkat dagunya. Meski wajahnya bertopeng, aku tahu matanya menyipit. Ia masih meraba raba kadar keakrabanku dibuat buat atau tulus. Kumajukan tanganku sampai menyentuh perutnya. Dan Hanuman tertawa. Mungkin karena geli.

'Kau ngapain ke sini, Kawan? Nonton aku tadi, ya? Terima kasih. Matur nuwun.' tanyanya.

'Sama sama.' kujawab.

'Bagaimana tadi tampilanku?'

Terus terang aku menceritakan sudut pandangku kenapa kisah Hanuman dari dulu itu itu saja. Bosan jujur dalam hatiku yang paling dalam. Dalam banget.

'Ya aku sebetulnya sudah kasih masukan ke sutradara, Mas? Mas siapa?' tanya Hanuman.


'Danie. Daniera!' jawabku.

'Kok namamu sama denganku: Kera?'

'Daniera. Disambung, Man.'

Ganti Hanuman yang menjelaskan jika ia sudah usul kalau sebetulnya Hanuman dan Rahwana sohib, Rama dan Shinta kakak beradik, dan Alengka yang dibakar tidak ada.


'Aku tak suka kekerasan, Niera.' kata Hanuman. 'Berlawanan dengan hati nuraniku!'

Aku mengangguk dan wawancara ngalor ngidul hingga tak terasa Hanuman meminta izin untuk ganti kostum. Dia memberi PIN BBM dan menjanjikan suatu waktu kami bertemu kembali.

'Sukses, Man!' seruku.

____________________________

Mari mengobrol di teras www.rumahdanie.blogspot.com


2 komentar: