Ketika Alien Mengudeta Pasar Beringharjo Jogja
Jogja kisruh. Sekawanan alien menyerbu Pasar Beringharjo dan menawan orang orang di dalamnya. Warga tumpah di Jalan Malioboro, polisi tak mampu menembus pertahanan alien karena pasar terkunci rapat. Jerit menyayat, terdengar seperti lolongan, menguar dari dalam pasar. Jogja mencekam.
'Alien itu seperti apa, Bun?' tanya seorang anak yang menarik n
arik rok ibunya kuat kuat sampai pusar si bunda tampak jelas.
'Kau diam dulu lah ... Seru ini!' seloroh sang bunda tak berminat memberi jawaban atas pertanyaan anaknya. 'Sebentar lagi polisi masuk ke pasar dan mencincang alien alien jahat dalam pasar!'
Panas terik siang ini. Keringat mengucur dari para warga yang menonton kejadian langka ini. Mereka rela berjubel, empet empetan keenakan, tanpa peduli jika para pencopet berpesta pora mencabut dompet demi dompet warga. Seorang nenek kempot tak bergigi tak mau kalah. Ia naik ke pundak suami brondongnya yang sangat tampan dengan cuping hidungnya bergiwang emas.
'Honey, ayo kita taruhan. Siapa yang menang, alien atau polisi?' tanya si nenek sambil memantul mantulkan dirinya hingga suaminya berkolojot pasrah.
'Hadiahnya apa, Cinta?' tanya balik sang suami.
'Kau mau apa, Honey?' si nenek bertanya dalam ekspresi genit dan mengeluarkan kentutnya yang meledak.
Si suami brondong batuk batuk kecil.
Apa yang Pemerintah Jakarta lakukan? Berita heboh ini tak pernah mampir ke telinga orang orang di ibukota. Sebelum alien merambah Jogja, mereka telah menyebarkan semacam serbuk dari pesawat UFO mereka yang bikin orang Jakarta tertidur pulas. Sumber kekuatan Indonesia tidak di Jakarta, melainkan di Jogja. Pasar Beringharjo.
'Perhatian untuk kalian Para Alien!' seru seorang polisi lewat TOWA. 'Segera kalian hentikan tindakan bejat kalian. Jogja tidak pernah merugikan kalian. Kalau minta sesuatu, ngomonglah! Tidak dengan kekerasan seperti ini!'
'BODO!' sebuah suara balasan dari dalam pasar. Agak samar, namun benar sepertinya alien yang mengatakannya.
'Kalian minta Ki Joko Bodo datang kemari?' tanya si polisi lagi.
'MATAMU!' jawab si alien.
Suasana semakin panas. Jogja tengah terancam malapetaka.
'Kau diam dulu lah ... Seru ini!' seloroh sang bunda tak berminat memberi jawaban atas pertanyaan anaknya. 'Sebentar lagi polisi masuk ke pasar dan mencincang alien alien jahat dalam pasar!'
Panas terik siang ini. Keringat mengucur dari para warga yang menonton kejadian langka ini. Mereka rela berjubel, empet empetan keenakan, tanpa peduli jika para pencopet berpesta pora mencabut dompet demi dompet warga. Seorang nenek kempot tak bergigi tak mau kalah. Ia naik ke pundak suami brondongnya yang sangat tampan dengan cuping hidungnya bergiwang emas.
'Honey, ayo kita taruhan. Siapa yang menang, alien atau polisi?' tanya si nenek sambil memantul mantulkan dirinya hingga suaminya berkolojot pasrah.
'Hadiahnya apa, Cinta?' tanya balik sang suami.
'Kau mau apa, Honey?' si nenek bertanya dalam ekspresi genit dan mengeluarkan kentutnya yang meledak.
Si suami brondong batuk batuk kecil.
Apa yang Pemerintah Jakarta lakukan? Berita heboh ini tak pernah mampir ke telinga orang orang di ibukota. Sebelum alien merambah Jogja, mereka telah menyebarkan semacam serbuk dari pesawat UFO mereka yang bikin orang Jakarta tertidur pulas. Sumber kekuatan Indonesia tidak di Jakarta, melainkan di Jogja. Pasar Beringharjo.
'Perhatian untuk kalian Para Alien!' seru seorang polisi lewat TOWA. 'Segera kalian hentikan tindakan bejat kalian. Jogja tidak pernah merugikan kalian. Kalau minta sesuatu, ngomonglah! Tidak dengan kekerasan seperti ini!'
'BODO!' sebuah suara balasan dari dalam pasar. Agak samar, namun benar sepertinya alien yang mengatakannya.
'Kalian minta Ki Joko Bodo datang kemari?' tanya si polisi lagi.
'MATAMU!' jawab si alien.
Suasana semakin panas. Jogja tengah terancam malapetaka.
Post a Comment