Header Ads

Jejak Langkah Bumi

Kakiku kujejakkan ke bumi yang telah menua ini

Kuseretkan kaki membentuk bunyi yang memekakkan telinga

Lalu aku tekan kakiku agar aku lebih merasai tanah
 

Di sisi jalan aku lihat bulldozer sedang menekan tanah

Menggilas dengan amat rapih

Kudengar deru mesinnya

Aku juga mendengar tangisan bumi

Karena diperlakukan tak senonoh oleh kereta besi itu
 

Di atasku berhamburan burung-burung berwarna hitam

Berkaok-kaok, membuka paruhnya, kembali ke sarangnya

Mungkin mereka sudah lelah bermain

Di belantara hutan lebat penuh buah


Kakiku masih saja asyik mengorek-ngorek tanah

Kulepas alas kaki, agar aku lebih menikmati sensasi ini

Jari kakiku merasai dinginnya tanah di musim penghujan

Energi tanah mengalir melalui ujung kaki menuju bulu tangan

 

Jantungku berdegup mendengar suara mesin

Bukan bulldozer di sana

Tapi di sebelah kanan berjarak seratus meter

Seorang pria berhelem kuning sedang mengoperasikan alat

Alat penusuk tanah

Stamper begitu orang teknik bilang

 

Alat itu merobek bibir tanah

Lalu ke dalam tubuh tanah

Menuju jantung tanah

 

Tanah menjerit

Mengapa ia selalu direndahkan

Diinjak oleh kaki manusia, oleh bulldozer, bahkan stamper

 

Kakiku kutarik sebentar

Melepaskan tancapan tenagaku dari tanah

Agar jeritan tanah mereda

Aku lalu melangkah dengan berjinjit

 

Setelah kurasa rengekan tanah mereda, aku pun berjalan

Bukan lagi berjinjit, tapi berjalan dengan santun

Aku lihat seorang sedang bersembahyang di bawah pohon rindang

Khusyuk dan penuh dengan linangan air mata

Dia membungkuk, lalu mencium tanah


Tanah di tempat ini mengembang senyumnya

Merasakan kasih sayang sang pemuja

Merasa diberi kehormatan

Bahwa tanah juga butuh cinta


Tanah, tanah, tanah …

Ternyata kau juga bernyawa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar