Header Ads

Bermaknanya Benyamin Suaeb di Musim Kering



Radio menyalak menyebarkan suara Bang Ben si legenda berduet dengan Ida Royani. 'Gerimis Aje', cocok sekali didengar di musim kering ini. Kekurangan air seolah bahan tertawa yang tak patut disesali. Kita hidup di negeri berpunya dua musim. Dan itu sebuah berkah sekaligus tantangan.

Kelebihan air saat hujan, kita menampung ramai ramai. Jika masuk masa

paceklik, tak ada hati gundah gulana. Sudah ada persiapan matang menyambut sungai yang kerontang, debu berterbangan, dan panas yang menyengat menyobek kulit tropis kita yang aduhai.

'Ayo, Anak anak! Goyang ... Jangan malu malu!' seru seorang pelatih tari Betawi. Meski ia berjenis kelamin lelaki, namun kelenturannya melebihi perempuan pada umumnya.

Aku mengamati mereka dengan takzim. Dan tentu kucatatkan di buku harianku yang kuanggap sebagai harta karunku yang esok hari menjelma milyaran rupiah. Ada beberapa anak yang enggan meliukkan tubuhnya. Si pelatih mendekati mereka dan menyalurkan kesabaran melatihnya.

'Anak anak,' ia bertepuk. 'Lagu Betawi tak menghalangi kita orang Jawa untuk berjoget! Ikuti gaya Bang Ben sama Neng Royani!'

Wah, aku sumringah. Ternyata, si instruktur menyelipkan pelajaran toleransi saat mengajar. Urat urat di wajahku mengendur mendapati nyawa komedi yang menghibur dari Bang Ben berhasil diambil oleh si pelatih dan dihantamkan ke jantung para anak didiknya.

Suasana sore yang panas tak terasa dan berganti dengan bayangan Bang Benyamin yang duduk di sebelahku, menyilangkan dua kakinya, dan manggut manggut. Kutengok Bang Ben, kusalami dia. Salam, Bang Ben ....
 
____
Sumber gambar: last.fm

Tidak ada komentar