Jika negeriku beraja, tak akan seperti ini. Semua perintah Paduka serta merta diwujudkan warga, tanpa sangsi. Tidak sekarang, semua mengaku paham peraturan, yang sejatinya saling memakan. Raja dan keagungan adalah kemubaziran dalam bermimpi.

‘Kerajaanku, wewenangku.’
Sontak ucapan itu kurindu. Menolak berarti merelakan kepala terpenggal. Menggelundung ke lantai bersama ketidak mahsyuran. Tak ada yang berkata seperti itu. Karena ketakutan menjadi sebab. Bermula dari peninggian harga harga manusia pribadi yang kebablasan. Siapa yang mau dan mampu berkata? Sesegera mungkin di negeriku?

Rinduku, hausnya kami oleh ketegasan. Tidak yang lembek. Oh, akan jadi apa diri kami? Tuhan, turunkan satu utusanMu yang bersih. Tak utuh raja, tidak menjadi soal. Asal, ia mampu menunjukkan mana benar dan juga memberi koreksi atas kesalahan. MenungguMu Tuhan. Sembari kami mempersiapkan diri menyambut ia. Dengan karya kecil kami.