Header Ads

‘Opera Van Java’ dan Kematian Nurani Berkedok Humor

Menjurus bebalkah kita jika berkomedi a la 'Opera Van Java'?

Menipiskah kepekaan sosial kita saat menikmati aksi Sule, Aziz, atau Nunung saling beradu fisik, meski beralasan properti dibuat dari bahan yang aman?

Atau, inilah kemunduran menuju kematian kita sebagai suatu bangsa?

Komedi bagaimanapun juga menjadi tolok ukur dari kemajuan. Di saat kondisi bangsa terpuruk, hiburan cerdas yang ditampilkan dengan humor menjadi senjata ampuh  untuk memecah kebekuan.  Sang pemeran, penulis skenario, dan seluruh kru dituntut sangat jeli untuk mempertontonkan kualitas cerita dan perwatakan. Semua unsur saling mendukung.

Namun apa yang terjadi sekarang? Setelah ditinggal era keemasan Benyamin Suaeb, Warkop DKI, atau Bagito, semakin terpuruk saja hiburan komedi cerdas di tanah air. Berganti dengan tontonan yang nyaris mendekati percabulan dan kekerasan, justru masyarakat menikmatinya. Alangkah nestapa.

Saya tidak tahu harus berbuat kecil seperti apa? Yang pasti, cepat atau lambat, saya akan ikut meramaikan industri itu. Namun tetap yang berjalur elegan dan (semoga) cerdas. Melalui sekadar tulisan saya.


Meribut di www.andhysmarty.multiply.com

Terbaru di www.duniasirkusdannie.wordpress.com

Menggaul di www.facebook.com/DannieTravolta

3 komentar:

  1. Berhibur tiada salahnya,
    karna hiburan indah,
    hanya pabila salah memilihnya,
    membuat kita jadi bersalah..
    (Raihan : Berhibur)

    Moga hiburan yg akan Anda ciptakan bisa bermanfaat dan tetap menjaga kesucian intelektual kita ^^

    BalasHapus
  2. kalau TV lagi on di rumah, biasanya OVJ saya tonton walau ga pernah sampe kelar. Tapi manfaat yang diambil cuma buat ketawa doang. Ga mengharap manfaat lain selain bikin ngakak.

    BalasHapus
  3. Hilmasol: Ayo kita bersemangat!

    Bang Hensam: Baiklah Bang. Wedang ronde saya kirim ke rumah ya ... hehehe

    BalasHapus