Header Ads

An Archery Zone: Lomba Panahan Dimulai (Bagian 1)

Cupid, Robin Hood, Arjuna, dan atlet panah Indonesia. Berada di satu lapangan perlombaan. Memperebutkan Piala Dewa Zeus. Menyandang gaman andalan masing masing, ditepuk riuh oleh para penonton, pertandingan segera dimulai.

 

Cupid mewakili Kawasan Romawi.

Robin Hood menyandang bendera kebangsaan Inggris Raya.

Arjuna berdiri bangga dengan panji panji India.

Dan satu tim atlet panahan Indonesia, dengan merah putih di dada kanan seragam mereka.

 

Bukit Olimpus, tempat berlangsungnya lomba panahan sejagad. Memang, hanya empat peserta yang datang. Negara negara lain tengah terkena krisis dalam negeri. Tidak mengirimkan atlet atlet mereka. Di ujung terakhir waktu pendaftaran, satu persatu negara menarik diri dari pendaftaran lomba. Tak masalah. Dipastikan lomba panah masih seru, karena empat peserta adalah peringkat tertinggi di tahun ini.

 

Juri juri sudah bersiap. Di meja dengan rangkaian bunga, dan botol botol air mineral sebagai hidangannya. Tidak ada gorengan. Tidak pula disediakan wine bagi mereka, karena akan mengurangi rasa keadilan saat memutuskan nilai. Lima juri dicomot dari berbagai negara dengan sistem acak. Kali ini yang mendapat kesempatan menilai berasal dari: Mesir, Malaysia, Malawi, Maroko, dan Montenegro.

 

Aneh memang seluruh juri berasal dari lima negara yang berawalan dengan huruf 'M'. Mesin pengundi seperti salah mengocok dan mengeluarkan nama nama negara. Tapi, setelah diteliti oleh ahli IT sekelas Roy Suryo, mesin undi tidak mengalami kerusakan. Berfungsi dengan amat sempurna. Ya, mungkin karena Tuhan sudah menakdirkan ini terjadi, maka terjadilah.

 

'Cupid, hadir?' seru satu juri Montenegro dari corong speaker.

'Hadir. Siap berlomba!' Cupid menjawab dengan gagah.

Penonton bertepuk tangan, bersiul siul. Cupid terbang ke sana kemari. Memamerkan kemampuannya, dan memberikan lemparan senyum jauh. Simbol love love ke luar dari bibir Cupid.

 

'Arjuna, kau kemana? Ada nggak?' tanya juri Malawi. Suaranya cempreng, berdesibel sangat tinggi. Seluruh penonton menutup telinganya.

Arjuna tidak ada di lapangan. Penonton bingung.

Oh, si Arjuna berada di tribun. Di tengah penonton.

Ia melambai lambaikan tangan.

'Oh kau ada. Ya sudah. Turun ke lapangan.'

 

'Robin Hood Inggris Raya. Kau sudah di sana. Ah, aku tak akan bertanya lagi kepadamu. Ratu Inggris pasti bangga kepadamu.'

Robin Hood manggut manggut. Ia lalu melempar apel ke atas. Seketika ia mempersiapkan busur dan panah, lalu dengan mata kanan membidik, apel terbelah menjadi dua. Jatuh ke tanah lapang.

Tepuk tangan membahana.

 

 'Dan kita awali perlombaan panah ini. Saudara sau ....' ucap juri asal Malaysia tertahan.

Tim Indonesia bergumam. Saling bertanya satu sama lain. Empat atlet membentuk lingkaran, menari nari, berputar putar, sembari menyanyikan lagu lagu perjuangan. Penonton bingung, tak tahu harus memberikan aplaus tertawaan atau apa yang lain.

Juri menahan bicaranya di corong mikrofon.

 

Satu wakil atlet Indonesia menuju meja juri. Juri Malaysia menarik tubuhnya ke belakang. Ada perasaan takut.

'Oh oh. saye lupe. Atlet Indonesie belum diucap.' mohon maaf si Juri.

Mikrofon diserobot satu atlet Indonesia. Ia berdeham, memulai perkataan.

'Penonton sekalian. Kami ada untuk menang. Indonesia jaya!'

Ah, dikira akan terjadi perkelahian melalui speaker. Tak dinyana, satu atlet panahan Indonesia dengan sangat bijaksana menghindari itu. Apa yang dilakukan juri Malaysia, tidak menunjukkan pendapat seluruh bangsanya.

'Mari kita mulai perlombaan ini!' seru kemudian satu atlet Indonesia.

Juri Malaysia khilaf sekaligus malu.

 

Musik pembuka diputar. Masing masing lagu kebangsaan didendangkan. Khidmat bersemangat. Dan selanjutnya, 'Pertarungan segera Dituntaskan. Vini Vidi Vici.'

 

Tidak ada komentar