Header Ads

Baba Nubruk Babu, Bunbun Kalap

     Baba jago selingkuh. Bunbun mengusir Baba keluar dari rumah, sudah tiga hari ini tidur di teras rumah. Cuma makan diberi. Tapi Bunbun tak sudi memberi sapa. Saya sebagai anak dibuat pusing. Mau mendamaikan keduanya, tak kuasa. Bisa bisa, Bunbun tak membayar uang kuliah. Ini masuk semester baru. Terpaksa saya ikut cuek. Baba biar diberi pelajaran. Oleh Bunbun yang menguasai uang Baba. Uang kerja ataupun yang tak halal.
     Ini gara gara Baba menggoda babu sebelah rumah. Padahal Bunbun sudah mewanti wanti. Tapi dasar baba. Iya iya saja, di belakang tetap saja bersifat buaya.
     Tak bisa dipungkiri, babu sebelah rumah cakepnya tak ketulungan.  Mirip artis sinetron. Buktinya, setiap beli sayur, Abang Tukang Sayur selalu memberi harga miring buatnya. Spesial teruntuk Ijah. Ini di luar kendali sang penjual sayur. Babu babu lain dibuat sewot. Membuat perpecahan di Perkumpulan Babu Kompleks. Sensasi Ijah seakan tak terbendung. Hanya air bah yang bisa meredakan pesona trengginas Babu bernama lengkap Sri Tumijah binti Tumijo.
     'Pasti si Gatal Ijah itu pakai susuk. Pantesan si tukang sayur ngepot tiap ada dia.' cerocos Inem saingan berat Ijah.
     'Iya. Lihat aja bokongnya. Geyal geyol. Bikin Bapak Bapak di sini pada gila.' Satu lagi Babu memprotes.
     ‘Apa mungkin dia bawa jin ya. Tiap jalan, bau menyan.’ Tuminah menggerutu tak habis habis.
     Dan obrolan ini dilancarkan terus terang. Dengan nada tinggi, pas Si Ijah Babu ada di antara mereka. Untung saja si Ijah punya tekad yang kuat, muka tembok, kepercayaan diri yang sangat tinggi, tiap omongan yang merugikan dirinya, dia anggap sebagai Pemantik Popularitasnya. Pertempuran antar babu ini terjadi setiap hari, setiap pagi. Tak heran, tiap jam 7 pagi, jadwal 'Ocehan Babu' siap ditayangkan stasiun TV Kabel Babu di kompleks Permai Serunai. Yang sejatinya dibangun sebagai tempat bermukim manusia dari berbagai kelas, profesi, ras, dan kepentingan. Sayang, kejadian ini menodai tujuan mulai yang diikrarkan oleh para Pendiri kompleks. 
    
Perang nuklir Baba vs Bunbun
     Hari terakhir pemboikotan Bunbun terhadap Baba. Baba merengek di hadapan Bunbun. Memohon agar kutukan segera dicabut dari nyawa dan tubuhnya. Dengan gaya bak Opera Sabun Meksiko, Baba memegang kuat kuat kaki Bunbun, menangis sekuat otot leher. Namun Bunbun tak menggubris, seperti seorang Kapten Kapal, ia tetap berhati kaku nan baja. Tak memaafkan Baba, sang Jago Selingkuh.
     'Bun, sumpah mati, aku tak akan mengulangi lagi kelakuanku, Bun.'
     Bunbun masih diam. Tapi matanya mulai melirik Baba. Sedikit.
     'Masih ingat ndak Bun, saat Baba jatuh sakit di malam 30 September?' rengek Baba.
     Saat itu Baba kejang kejang, mukanya merah seperti udang bakar bersaus tomat. Tak jelas ia mengidap penyakit apa, kambuhnya kala itu parah. Saya sebagai anaknya meraung raung, mencari bantuan ke tetangga sebelah. Ya, tepat 30 September. Tepat pada Hari Pemberontakan PKI terhadap negara, Baba hampir sekarat. Untung saja ada tetangga sebelah yang mau membantu membawa Baba ke rumah sakit. Pak Agus. Majikan si Ijah. Dari situ timbul benih benih pula kisah perselingkuhan Baba dan Ijah mulai bersemi. Karena selama dua minggu Baba dirawat, si Ijah ditugasi majikannya untuk mengantar rantang makanan.
     'Kumohon Bun. Anak kita sudah besar. Akhiri konflik ini.' Kata konflik mencuat dari bibir Baba. Profesi politikus yang dipunyai Baba kadang membingungkan. Di saat genting untuk merayu monster tak bermaaf, masih saja terselip terucap kata penuh unsur EYD. 
     Baba mengguncang guncang tubuh Bunbun.
     Bunbun takluk.
     'Sudah Ba. Aku maafkan Baba. Tapi dengan syarat?' tawar Bunbun.
     Baba di atas angin. Ia berdiri. Menatap, mengusap wajah Bunbun.
     'Jauhi Ijah,’ Sembur Bunbun serius.  ‘Apa aku kurang cantik, Ba?' wajah Bunbun memelas.
     'Kau sempurna Bun. Maafkan khilaf Baba.'
     'Baiklah, Ba. Tapi kalau aku dapati Baba selingkuh lagi, apalagi dengan Ijah, jangan harap ampun dariku.' Tangan Bunbun menunjukkan upper cut khas Chris John.
     Dan perang dunia Bunbun Vs. Politikus sekelas Baba saya sudah berakhir. 
    
Perang antar Babu kembali Meletus
     Gosip yang terus mengisi benak jiwa jiwa tak bersalah di kompleks makin mengganas. Semerbak kabar mengatakan: Ijah Hamil. Entah dengan siapa. Tak jelas siapa yang dengan amat sadis membenihi Ijah. Seluruh kompleks gempar. Desas desus mulai mengarah ke Baba. Semua telunjuk orang kompleks menuju hidung Baba.
     Tak mengorek, tanpa menginvestigasi, hanya bermodal tebakan a la Mendiang Mama Laurentz, tensi Bunbun melonjak. Saat Baba balik rumah dari rapat rutin fraksi di gedung DPR, Bunbun menyambutnya dengan pisau dapur. Beserta omelan nyablak tanpa jeda.
     'Ini ya hasil kerjamu ya!'
     Bunbun mengejar Baba. Baba lari kelabakan. Adegan ini berlangsung 10 menit, percis film Bollywood, tanpa iringan table, kecrekan gelang kaki, atau seruling pawang Kobra, semua berlangsung alami tanpa peran pengganti, stuntman profesional, sebelum dihentikan oleh Pak Agus.
    
     Pak Agus adalah tetua kompleks. Bijaksana, tenang, dan selalu berpikir dari berbagai segi. Semua keputusan dilahirkan dari pemikiran dirinya yang matang, tak grusa grusu, dan selalu mendengar pendapat orang lain.
     'Mengapa kalian kejar kejaran? Pakai pisau segala?' tanya Pak Agus. Majikan Ijah.
     'Ini Pak ... Kurang ajar ni Baba ....' Bunbun geregetan sembari menusuk nusuk udara dengan pisau.
     'Kurang ajar apa Bun?' tanya Baba bergetar.
     'Kau hamili Ijah ya!' sambar Bunbun, tak sadar di sebelahnya majikan Ijah.
     Pak Agus melonjak. 'Siapa bilang Ijah hamil?'
     'Orang orang kompleks. Mereka bilang Baba yang menghamili.'
     'Sumpah Bun. Aku ndak melakukan itu.'
     'Wah wah. Sabar. Sabar. Jangan emosi dulu. Kita bicarakan baik baik.'
     'Ah ndak Pak. Baba harus dihukum. Pasti ulah dia.' Bunbun masih terus ingin menggorok leher Baba.
     'Ampun Bun.'
     Pak Agus menengahi. 'Ijah baik baik saja di rumah. Dia tidak hamil. Cuma rada gendut. Dia anak angkat saya. Saya akan menjaga dia. Istri saya yang menjaga.'
    
     Gosip dan rumor. Tak ada bedanya. Emosi semakin membuat dua kata itu makin diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Tak hanya ibu ibu yang gemar berbisik kekurangan saingan, anak muda, bahkan bayi bayi yang belum dilahirkan, seakan dekat dengan kegiatan bergunjing.
     Ijah babu terbaik di Uni Emirat Arab. Dia dipulangkan karena visanya habis. Dan tak diperpanjang kontrak. Tak ada kasus pemerkosaan, pembunuhan, atau pencurian. Semua baik baik saja. Ijah berniat membuka usaha di kampung. Banjarnegara. Tapi sebelumnya diminta membantu Keluarga Agus.
    
     Baba dan Bunbun berdamailah.
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    

Tidak ada komentar