Mengakhiri Dominasi Betawi?
Mengakhiri dominasi Betawi. Tak lagi menganggap Betawi sebagai sentral denyut nadi negeri. Sekarang, guwe dan elu yang jamak diucapkan sebagai penanda modernitas, tak layak lagi menjadi ukuran. Karena, terlalu kerdil berpikir jika Betawi adalah segalanya.
Ini bukan pemikiran berbasis rasialisme. Tidak sekali sekali. Sekadar urun rembug jika kekayaan negeri ini terlalu mubazir diteropong dari sudut pandang Betawi semata.
Menurut saya, tiap tiap daerah berhak memiliki karakter tanpa rongrong pusat.
Tentu tanpa sikap arogan dari anak anak daerah.
Memang bukan Betawi yang salah. Bukan. Mungkin juga karena, Betawi sangat dekat dengan kekuasaaan. Yang menyebabkan, irisan itu terlalu tipis. Meleset sedikit, berdarah darah.
Bagaimana bentuk agar tak ada dominasi?
Agaknya menjadi pekerjaan bersama. Melintas batas ruang. Juga waktu.
Jadi, bersantai namun tetap serius.
Ini bukan pemikiran berbasis rasialisme. Tidak sekali sekali. Sekadar urun rembug jika kekayaan negeri ini terlalu mubazir diteropong dari sudut pandang Betawi semata.
Menurut saya, tiap tiap daerah berhak memiliki karakter tanpa rongrong pusat.
Tentu tanpa sikap arogan dari anak anak daerah.
Memang bukan Betawi yang salah. Bukan. Mungkin juga karena, Betawi sangat dekat dengan kekuasaaan. Yang menyebabkan, irisan itu terlalu tipis. Meleset sedikit, berdarah darah.
Bagaimana bentuk agar tak ada dominasi?
Agaknya menjadi pekerjaan bersama. Melintas batas ruang. Juga waktu.
Jadi, bersantai namun tetap serius.
Post a Comment