Header Ads

Merenungi Pujian

Berbaik sangka terhadap pujian. Berat untuk menerima sanjungan, takut otak ini tak mampu lepas kendalilah menuju kesombongan. Menerima sanjungan sebagai apresiasi bagi kerja keras yang telah dilakukan. Bukan sebagai beban, melainkan pemicu untuk lebih bersemangat. 

Saatnya keluar dari kepicikan. Tidak melulu dengan kening berkerut kerut. Lepas, melepas senyum kepada mereka yang tulus menyuguhkan hadiah terindah bagi sebuah karya. Karya pemikiran yang bertolak belakang dengan anggapan umum. 

Mengapung, bagai pelampung yang bergoyang goyang karena gelombang akibat embus angin. Tak berkarakter, ke sana kemari hanya menginginkan aman berada pada dirinya. Tak mau ia tenggelam karena berat ia tak memiliki. Jika batu, maka ia akan berada di dasar. Atau bulu angsa, terbang menjulang menyejajarkan diri dengan awan. Mengapung saja. Berada di permukaan. Antara batas kedalaman dan ketinggian. Mendongak pula tertunduk. 

Puji dan caci, adalah buah dari pelajaran para seniman. 
Ia bisa mengacaukan perputaran, juga membuat perjalanan menjadi lebih menantang. 
Dan segalanya diterima dengan tangan terbuka. Namun tak boleh meruntuhkan semangat diri untuk terus berkembang. 

Di batas ini. Refleksi terhadap suatu karya. Tak perlu terlalu lama, buang saja seluruh. Selanjutnya kembali menata pribadi. Untuk yang lebih baik. 
Semoga.

Tidak ada komentar