Header Ads

Izinkan sahaya hidup di Yogya, Sultan

Terdampar dua kali di kota Yogya. Yang pertama, saya terinjak injak oleh serombongan manusia perahu, pengungsi pula seperti saya. Tahun ini, tak berkutik tapi masih bisa bertahan karena telah terbiasa mengalami pasang surut hidup. Satu dan dua, terpisah 3 tahun. Satu dan dua, saya kembali mendekatkan diri dengan cinta yang sebenarnya.

Entah apa yang menarik dengan Yogya? Saya tidak mampu menjelaskan secara gamblang. Yang pasti, seakan jiwa saya menyatu dengan kota seribu pesona bernama Yogyakarta. Jatuh bangunku disaksikan, seakan, oleh Sultan. Sultan saya. Sultan Mataram.

Mungkin, jika saya bercerita hal gaib, pasti tak masuk di akal intelek kita. Saya juga sering menghindar dari energi ini. Oh Tuhan, semoga saya salah dalam hal ini. Energi besar yang menarik saya untuk kembali ke Yogya. Sekadar berjalan jalan di trotoar, mengamati untuk diminta menceritakan dengan adil, belajar dan bercinta. Yah begitulah adanya. Tak bisa dipungkiri, Yogya bagai magnet penarik saya. Suka tidak suka, siap hati siap biaya atau tidak, saya diminta pulang. Dan sewaktu waktu bersalaman dengan Sultan. Sultan saya. Sultan masyarakat Yogya.

Izinkan sahaya hidup di Yogya, Sultan.
Tuhan, Allah, lindungilah Sultan Mataram kami.

12 komentar: