Header Ads

Garuda, Purnama, dan si Luna

Purnama tak bergerak. Menatap lekat ke bumi dengan bulatan sempurna. Di dalamnya, ialah bidadari bermain harpa, memanggku seekor kucing manja berbulu halus putih, mengeong pelan nyaris tak terdengar. Mereka di sana. Nun jauh di atas berjarak jutaan mil. Bersama gemintang, meteor, dan para antariksawan. Kita di sini, menerawangkan angan ke langit nir awan, ke purnama dan bidadari dan kucing bernama Luna.

Di jendela di dalam ruang makan mewah seharaga satu minggu jatah hidup anak rantau, diriku menanti detik detik tubuh dan jiwa terjemput. Pindah dari tempat gurauan menuju gerutuan. Oleh pesawat terbang di landas pacu bersiram cahaya ribuan watt.

20.01 Corong pengumum menyalak. Bak penyiar radio yang keranjingan memakan kencur menjelang bersiar. "Kepada para penumpang Garuda ..., diharap ...." Dan perpisahan tak terhindarkan. Tak tumpah air mata. Hanya kumenyesal, mengapa waktu tergulung cepat. Jika lama, tentu ia lebih puas membelanjakan apa saja yang ia mau. Teruntukku. Demi bahagiaku. Selamanya. Tanpa syak wasyangka apapun.

2 komentar:

  1. Tuh kaki sapa tuhh?
    Banyak bulunya hahahaa
    Jatuh cinta? Jatuh dari kursi kaya di foto itu kali hahaha

    BalasHapus