Header Ads

Upaya Menyantet AB gagal.

Kepul menyan dibakar sudah hampir menyentuh langit langit bambu. Mata sang dukun di depanku ke sana ke mari. Mulutnya moca moco, menyenandungkan mantra yang aku pesan. Untuk mengirim paku tertuju badan AB. Biar dia perlahan lahan mati.

'Gimana Mbah, sudah dikirim?' tanyaku penuh harap akan jawaban "pasti Le" dari Mbah dukun.
Dia membelalak, muncrat ludahnya ke arahku. Tak sempat aku menyeka air liur penuh berkah itu. Aku biarkan mengering, dan mungkin dua hari tak kumandikan badanku. Oh, dukun ayolah keluarkan kalimat sakralmu.
'Bentar Le. Ada yang kelupaan.'
'Apa Mbah?'
Jantungku menjeduk jeduk laksana bola basket menghantam plester. Aduh sakit benar jika dirasakan, pedih. Jangan, jangan kau ucapkan tak berhasil santet yang kuminta dan kuingin kirim kepada si AB.
'Mbah. Ada apa?'
'Bentar Le. Mbah pengin pipis.'
Ya ampun, seperti adegan sinetron yang dipotong pada scene menaik, alir nadiku tertahan.

Kuamati ruangan praktik Mbah dukun. Penuh foto dirinya. Tak kusangka, ia narsis juga. Ada pose ia saat memegang ular phyton, ketika mejeng bersama ketiga istrinya, dan foto yang mencurigakan. Mataku mendadak kabur.

Aku pingsan.
Dompetku raib setelah kuterjaga.

4 komentar:

  1. Jangan yang baik terus. Hidup di dunia harus ada unsur licik ngiclik gtu. Secara, kalau tak ngikut, kita ketinggalan.
    Mau kau aku miskin diri?

    Satu ilmu praktik bisnis yg baru kudapat. He6
    1. Licik
    2. Tega
    3. Cepat bertindak
    4. Tahan banting
    aku yakin kau telah memenuhi semua. Aku belum

    BalasHapus

  2. Wooooo mulutmu sember Ndy.... Sembarangan nuduh, aku belum sanggup yang begitu itu.... Makanya masih betah berguru di Padepokan Mbah Gelung. IPK-ku semester lalu cuma 2,72, berikutnya harus lebih baik.

    BalasHapus