Header Ads

Sastraku Mandiri tanpa Dikte Penerbit

Meloncat dua, kembali mundur satu. Bergeser ke kiri, mencondongkan tubuh, tegak, dan jongkok. Bermain pasir.

Pesawat jet membuat bangkit. Tapi membikin gelayaran. Posisi tubuh sudah tak berbentuk. Kuatir bom menimpa tubuh, berkeping keping jadinya. Dan mencari rerimbunan untuk bersembunyi.

7 kurcaci berbaris, bergerak menambang emas. Tak sangka, Putri Salju tengah merampok habis rumah mereka. Tangis akan pecah pada maghrib waktu Negeri Khayal.

Terjadi percekcokan.
'Siapa yang buat ini?'
'Kurang ajar! Pasti pencuri!'
'Sudah kita cek dahulu. Apa benar barang kita dicuri.'
'Wow, jadi bersih begini!'
'Huwah ....'
'X= 2y + z. Susah benar!'
'Dunia adalah sepi. Kuingin meramaikannya dengan kayuhku.'

Makin aneh. Dunia tak semestinya yang kulihat dari balik sembunyi. Ah, mengapa aku tak keluar, menemui mereka. Para cebol. Atau, imaji ini akan lenyap. Aku kembali menyata.

Kuteriak, ke luar, kumemutus.

Meloncat satu, melompat di tempat, geser kanan tengah dan kiri. Lalu kembali.

Tidak ada komentar