Header Ads

Berbisnis tanpa Utang

Menahan nafsu untuk tidak berutang. Jika terlalu bernafsu, manajemen bisnis belum ditata rapi, bisa bisa rintisan usaha tak berfondasi kuat. Bermula dari sedikit massa, tumbuh rimbun dengan buah ranum berbentuk uang kertas ratusan ribu siap dipetik. Menyenangkan sekali, girang bukan kepalang, melonjak mengetahui hasil jerih payah membuahkan hasil. Uang disisihkan, dimasukkan peti bukan emas, dibuka pada lebaran penuh fantasi. Ah, hebat nian merangkai rasa berbisnis ini. Reynald Khasali pasti bangga melihat satu anak bangsa Indonesia sukses mandiri. Kumisnya pasti rontok satu per satu, kode DNA nya berubah menjadi mutan. Ia berubah menjadi monster bertempel uang uang dan uang di sekujur tubuhnya. Tung Desem Waringin terpesona dan melirik tajam, curiga apakah uang itu punya dirinya yang disebar lewat helikopter. Dan aku lari mencari guru berbisnis yang lebih cocok. Selamat tinggal, para Begawan Manajemen.

Jualanmu sedikit sekali Pak. Tanya Pandir bergigi runcing.
Oh, belum Pak. Masih mencari ide buat apa yang akan dijual. Jawabku penuh kepercayaan diri.
Ide melulu Pak. Kapan realisasinya? Dia mulai memancing amarahku.
Sudah kok Pak. Dari kecil dulu. Baru menginjak niat memperluas usaha. Aku menjawab masih dengan kalimat yang tertata.
Tidak ingin berutang di Bank Pak?
Aku diam sejenak. Berpikir tidak terlalu dalam.
Belum Pak. Sementara saya belajar manajemen.
Sukses Pak.
Sama sama Pak.
Ia melambaikan tangan dengan sapu tangan berwarna biru.

Dan bisnis pun dimulai tanpa utang. Jika sudah mengetahui cara memajukannya, boleh meminjam uang di bank.

Tidak ada komentar