Header Ads

Menggagas Bolasepak Tanah Air yang Perkasa dan Tidak Cacingan

Nasionalisme sempit jika beranggapan tim nasional Indonesia mutlak bertabur bintang dalam negeri. Zaman sudah berubah dan persaingan antar bangsa makin ketat. Menutup diri secara rapat, mengambil keputusan dengan membabi buta, mencoba coba konsep berbolasepak dengan alasan berimprovisasi, tanpa melibatkan aset asing, tak ubahnya melakukan bunuh diri massal.

Menyikapi kondisi bolasepak tanah air yang skizofrenik, sudah selayaknya dilakukan perombakan total. Akar permasalahannya sebenarnya tidak jelas. Tidak akar tunggang, juga serabut. Suporter gila karena timnas garuda sudah melempem. Wasit pusing karena gaji mepet sekali, belum THR berupa tonjokan dan cacian. Beberapa pemain ngelayap menghabiskan malam minggu, melampiaskan kekesalan karena tidak cocok dengan sang pelatih. Bolasepak Indonesia memang ruwet. Ruwet banget.

Bagaimana cara memecahkan permasalahan ini?
1. Menaturalisasi aset asing berbakat yang bermain di liga Indonesia. Bukan mengikuti langkah negara lain, tapi mengapa kita malu malu mengakui bahwa kita butuh bantuan asing. Gitu aja kok repot. Hidup Gus Dur! Muluskan langkah beliau ke kursi Presiden dan biarkan ia tidur manis.

2. Langkah kedua adalah melakukan sentralisasi pelatihan di Pulau Nusakambangan. Para pemain akan dibiarkan bersosialisasi bersama para narapidana kelas wahid. Membangun empati atau malah limati agar waktu kompetisi berlangsung tidak mau menang sendiri. Menurut pemantauan Mama Laurent, para pebolasepak suka menggiring sendiri, tidak pernah mengoper, dan ingin mencetak gol agar mendapat bonus. Lumayan buat bayar kredit rumah dan motor.

3. Ide nomor tiga, empat, dan seterusnya, masih dikonsultasikan bersama Eyang Sukmo.

Semoga jaya bolasepak tanah air. Harap sabar jika timnas kita susah menang. Amin.

Tidak ada komentar