Header Ads

Kudapat Janda Kaya: Pengorbanan yang tak sia sia

Janda idolaku. Bukan yang miskin, tak doyan. Pasti yang melimpah hartanya, jika berjalan ia bergemerincing. Semua mata memandang kemeriahan jiwanya, senyum merekah dan pijaran yang tersisa di masa tuanya. Jangan anggap aku perawat seorang jompo. Aku seorang pemuda yang mengerti kebutuhan hidup, mendompleng sedikit si janda pujaanku. Aku kekasihnya, dia cintaku. Janda bertempur dengan seorang bujang. Kolaborasi menarik yang kudapat dari praktik budaya Prancis. Meloromantisme berbungkus komersialisasi raga. Tak mengapa, asal kunikmati dunia.

Hidup si janda itu tragis. Suaminya bermain api, hingga tabung pemadam pun tak mampu menekan suhu. Ia berselingkuh dengan gadis di bawah umur. Jandaku kalap dan memotong kemaluan suaminya. Si gadis dirajam tak bersisa. Hukuman seumur hidup didapat jandaku. Namun hukum berkata lain, baru dua tahun ia dipenjara, bebas dengan jaminan. Kekayaan membeli sebagian besar kisah sedih jandaku. Kembali manis. Harta peninggalan suami bajingannya cukup untuk lima generasi. Sosok wanita ideal bagiku. Licik, pintar, piawai memainkan para hakim mandul, dan sedikit cantik.

Aku sendiri sipir. Jandaku tak dimasukkan tahanan wanita. Tapi bui khusus para eksekutif. Layanan istimewa, bak hotel. Dan aku menjadi pengawasnya. Dua tahun cukup membuat kami saling jatuh cinta. Kuberikan informasi bagaimana keluar cepat dari penjara. Dan aku meminta jaminan agar jandaku menikahi diriku. Sepakat, cinta yang murni tak hanya dari hati.

Kami hidup berbahagia di sebuah hotel di pantai yang kami rahasiakan. Maaf.

Tidak ada komentar