Header Ads

Kamar Pembantaian 136

Mencari pemeran pengganti. Bukan pemain utama. Dari tingkatan yang lebih tinggi. Tidak yang sama dengan si pendahulu, tak mungkin yang berotak buruk. Lima calon mayat berebut posisi longgar. Membuktikan diri, yang akhirnya untuk mati dikubur dalam. Di sebuah ruangan 136, gedung yang diaku tempat pelejit kreativitas. Nyatanya, tak dapat disangkal, ia tak ubahnya ruang penjagalan.

'Ada dua lulusan luar negeri,' Seseorang mengumbar omong kosong.

Wajah kelima peserta kulihat tampak tegang. Kontras dengan ucapan sang tetua yang aku tahu bohong besar. Mutlak penuh dengan kepalsuan karena ia berniat menutupi kesalahan, keraguan, dan penyesalannya.
'Coba kalau kau bertahan. Cerita menjadi lain.'

Tiga kali aku mendengar ia mengatakannya. Dasar aku memang orang bejat, kutanggapi dengan santai. Tak peka perasaan ini. Yang setelah kuserapi bersama mundurnya waktu, ia merasa kehilangan diriku. Menyesal mengapa aku bisa lepas dari pengawasannya.

Bisa dari dua sudut pandang kesimpulan kasus ini.

Aku insan nakal, ia tak kuat mengikuti jalan pemikiranku.
Atau, kebodohanku karena tak bisa menyesuaikan diri.

Tak akan kembali lagi. Masa lalu, kenangan. Kini aku menjalani pilihan. Kabur dan gaib adalah selimut masa mendatang.

Tetuaku saat ini renta. Ditinggalkan diriku yang membuatnya makin mendekati kematian.

Bukan diriku ingin sombong. Kuyakin sepenuhnya, mereka tak akan menyamai prestasi yang telah kubuat. Pasti.

Tapi, aku berdoa semoga salah satu dari mereka mendapatkan kesempatan langka itu. Dan terus hidup. Tidak mati sepertiku.

Tidak ada komentar