Header Ads

Merindukan Tangis Mantan

Jika salah tak kau terima, laju tak anggap, aku menerima. Mutlak.
Andai, dua bertambah terus kau jalani. Aku mengaku satu, batinku sejuta.
Kalau sandal menjadi tumpuan, walau tanah menyatu, aku terbang dalam bimbangmu.
Tak liur kembali, menimpa para arwah. Membuat tangis, hilang terbilang. Dalam jangka sukma berlipat. Tagihlah.
Sejarak mata sesudut hati sepeluh makna, jadilah ksatria. Kau atau aku.

7 komentar:


  1. Aku saja jadi ksatria, aku saja!!! Aku lebih tampan daripada kau, meskipun otakku kosong. Ah, siapa yang peduli otak jika kilau tanda jasa dan fasilitas negara lebih menyihir batin?

    BalasHapus
  2. Ga sudi, ga sudi. Aku pengin jadi ksatria je. Kau jadi sub ksatria ya. Oke.
    Oh maaf, kita sama ya.Oke deh kita beradu. Sapa sampai finish duluan, ntraktir.Deal!

    BalasHapus

  3. Ngga ah. Kau aja sana melesat bak sengal napas Annelies ditindih Minke. Aku rekam pake kamera tersembunyi, terus kusebarkan di internet.

    BalasHapus
  4. Udah. Makin jorok. Ganti tema. Pramoedya dah mati. Kita hidup.Dasar, demam Pram!

    BalasHapus

  5. Lha, sendirinya merekomendasikan buku tersebut padaku.... Ah, dasar tak konsisten!!! Penggemar Nyai Ontosoroh.

    BalasHapus
  6. Aku salah kasih kau buku. Harusnya majalah sabili, biar santun. Menyesal aku. Anak didikq bengal bnget.

    BalasHapus

  7. Pantat kami perlu sedikit sentuhan, Pak Guru.... Terserahlah, apakah dengan gagang kemoceng, batang sapu, penggaris kayu, atau cukup dikelitik saja. Jangan direkam ya Pak.

    BalasHapus