Header Ads

Tip Menjadi Pebisnis Mutijutawan: Jual Beli Wajan

Memanfaatkan waktu yang sempit untuk segera mengambil tindakan. Memutuskan dengan amat cepat, berharap pilihanku tepat. Keberuntungan tidak akan berpihak bagi mereka yang lambat. Enyahlah rezeki jika tak berani mengambil risiko atas pilihan hidup. Semua harus cepat dan tak boleh mata penjilat di sekitar menerima tawaran. Aku menjadi seorang perampas.

            Wajan penggorengan baru berada di dapur. Masih enggan untuk segera menggunakannya. Teramat rugi jika membiarkan pantatnya segera hangus oleh bara api. Nilai kebaruan barang itu meluap amat cepat bila kucepat bertindak. Alangkah ruginya jika memiliki benda namun diserahkan nasibnya untuk menjadi hangus. Hatiku mengatakan, benda itu kujagal.

            Kupandangi lekukan dalam, telinga, dan pantatnya. Menyerap bayangan wajahku, memantulkan ke mataku. Wajan ini sungguh indah dan bersahabat dengan menampilkan wajahku tanpa cela. Benda inilah yang telah kutunggu lama untuk dimiliki. Ia mengingatkan diriku akan perjuangan Emak yang telah tiada. Sampai titik ini, keberhasilanku karena pengorbanan yang tak pernah putus oleh Emak. Peluhnya yang kadang menambahi cita rasa masakan yang dibuatnya, melintas terus di benakku. Larut malam aku masih mendengar suara seperti benda digesek. Ternyata Emak menggoreng keripik. Demi kelangsungan pendidikanku.

            Namun masa telah berganti dan tak mungkin kembali. Aku hanya bisa mengingat wajah Emak dari wajan ini. Wajahku adalah wajah Emak. Bersyukur atas limpahan berkah dari Pembuat Hidup, aku memutuskan menjadi pebisnis wajan. Untuk mengenang perjuangan Emak yang seperti pendekar tanpa tanding. Kerja kantoran telah kutinggalkan dan kumerintis jalan menjadi jutawan wajan.

            Ide tak akan menjadi kenyataan jika hanya diangankan. Dan aku mencoba untuk menarik ide-ide itu dari langit menuju bumi. Di dekat kakiku.

Tidak ada komentar