Header Ads

Remaja Speechless tak Can Writing Surat

Lelaki paruh baya itu ragu mengungkapkan perasaannya kepada wanita pujaannya. Tersenyum getir dan menelan ludah ketika teringat umurnya, dia memandangi secarik kertas di atas meja belajarnya. Pijar lampu yang tak begitu terang menambah keraguannya untuk menuangkan isi hatinya. Pena masih terlentang belum menerima niat tangan lelaki itu. Diketuk-ketukkan kesepuluh jari tangannya bak derap kuda, pikirannya melayang jauh entah kemana.

            Merasa jiwanya butuh asupan melodi romantis, dia menekan tombol pengatur suara mini compo-nya. Nyanyian yang tadinya lirih, kini mengisi ruangan. Entakan drum yang lembut, suara merdu penyanyi balada, dan tiupan saxophone membuat hati lelaki itu buncah. Bau bunga-bunga asrama merekah dan menaikkan kepercayaan dirinya.

            Tulisan, jiwaku, dan emosiku, meluaplah mengikuti irama indah di kamar ini. Demikian dia membatin.

            Tak butuh kamus, tak pula buku cara memikat wanita dalam hitungan hari. Dia memercayai hatinya untuk bicara, menunjukkan kepada belahan jiwanya yang telah menanti di ujung kota. Merpati akan mengantarkan pesan indah yang segera ditulisnya.

            Pita suara kaset rusak. Buyar sudah pikiran si lelaki itu. Tak jadi menulis dan suasana hatinya berubah kembali menjadi kacau.

Tidak ada komentar