Header Ads

Jangan kau paksa diriku untuk mengucapkan akad

Jangan kau paksa diriku untuk mengucapkan akad itu. Aku belum mampu dan merasa masih ada ganjalan dalam hatiku. Selalu, dan telah berulang kali kukatakan, jika aku bukan seluruh hati mencintaimu. Masih banyak orang yang harus kuberi kasih, tidak hanya dirimu. Ayah bunda, adik-adik, cita-citaku, obsesi besarku, dan masyarakat yang membesarkanku. Apakah kau siap dengan banjir keinginan yang ada padaku?

            Aku menyadari, teramat yakin, hatimu juga tak akan sepenuhnya untukku. Kau juga memiliki kehendak lain, yang aku belum pernah tahu, karena kau belum menceritakannya. Jadi bagaimana kita akan menyatukan hati? Bisakah kita saling berbagi ego kita?

            Perlahan aku berpikir, selayaknya aku mencoba untuk menaruh sebagian bebanku. Aku ingin menggantinya dengan bebanmu. Biar aku tahu apakah takarannya sama dengan milikku. Agar aku mampu memandang kenyataan bukan dari keinginanku belaka. Berbagi denganmu. Tapi kembali lagi, apakah aku siap, engkaupun siap?

            Tak adil rasanya jika aku selalu menyerahkan urusan cintaku kepada Tuhan. Dia memberi jalan, tapi jika aku tak mau melewatinya berarti aku menyia-nyiakan kesempatan. Cinta tak datang sekali, tapi berkali-kali. Jadi taburan cinta yang melintas cepat berganti-ganti di mukaku harus kumengerti. Setidaknya kubuka mataku, lalu hatiku.

            Tapi, jangan dulu memaksaku untuk mengucapkan akad itu.

Tidak ada komentar