Header Ads

Membuat Dialog Keren teh Kunaon Nyak? (EYD a la Depdiknas Rindunesia)

Hari yang kutunggu sebentar lagi tiba. Matahari pun menyambut mengiringi kegembiraan dalam hatiku. Alam menabuhkan pesonanya melalui bulir-bulir embun dan gemericik arus sungai. Semua menyatu menembus kegundahan hatiku yang kini telah terbayar. Kepenatan ini serasa lunas di saat wajahmu hadir kembali di dekatku.

            Kuusap wajahmu yang selembut sutera. Tetes air mata haru mengilat di pelupuk mataku. Aku menangkapnya dan meluruhkannya hingga menembus batinku. Dingin dan menenangkan. Apakah cinta yang kau bawa lari bersama ragamu masih sama seperti saat kita bertemu? Masih perlu waktu untuk membuktikan seberapa besar kesungguhan dan kebesaran jiwamu menerimaku kembali. Kau datang, aku terima dengan bersyarat.

            “Kala aku berada jauh darimu, hanya rasa sesal yang tumbuh. Bukan kegembiraan. Aku telah salah mengambil keputusan. Maafkan diriku jika kau masih berkenan. Pekerjaan dan mimpi-mimpi yang jauh kudekati, tapi terus saja menghindar dariku. Aku kembali dengan hati yang kosong dan ingin kuisi kembali bersama cintamu.”

            “Aku masih sangsi, Kanda. Dirimu meninggalkanku di saat aku membutuhkan cinta. Kini kau datang kembali padaku, apakah kau ingin menyakitiku untuk ke dua kalina?”

            “Sudah tertutupkah pintu maaf bagiku. Bumi menjadi saksi jika aku ingkar, bolehlah jasadku terkubur dalam-dalam dan nelangsa selalu menyandingiku. Aku rela menjadi orang sengsara, selamanya, jika benar-benar kau menampikku.”

            “Tak perlu sejauh itu dengan sumpah yang Kanda ucapkan. Janji hanya berujung kepalsuan. Aku hanya butuh kesungguhan Kanda. Dan itu belum kulihat di mata Kanda.”

            “Aku akan membuktikannya. Tak pernah sedikitpun aku bermain mata setelah lepas dari pandanganmu. Aku terlalu sibuk dengan urusan remeh seperti itu. Hasratku dulu cuma satu, membuktikan kepada orang-orang bahwa aku mampu dengan segenap keinginanku. Tapi, semua itu tak cukup. Aku ternyata juga butuh cinta dari seseorang. Itu hanya kuperoleh darimu.”

            ”Masih perlu beberapa waktu lagi untuk menerima Kanda kembali. Tidak secepat membelalakkan mata. Aku butuh masa untuk merenung, apakah Kanda adalah setengah jiwaku yang terpisah.”

            “Baiklah, aku selalu menunggumu. Akan kubalas penyesalanku dengan penantian panjang akan keputusan darimu.”

 

 

 

 

2 komentar: