Header Ads

Membayangkan Aku Mengandung Ibuku

Membayangkan ibu berada dalam kandunganku. Merasakan tendangannya di dalam tubuhku. Menanti sembilan bulan sepuluh hari hingga kukeluarkan dia. Menanti dengan cemas, bersama lenguhan saat mengejan, dan merasakan kesakitan saat mengeluarkannya. Nyawaku kupertahankan demi keluarnya si bunda.

            Berganti peran, aku menjadi seorang ibu dan ibu menjadi diriku. Bagaimana mudahnya mengatur ibu, dan membandingkannya dengan kenakalanku. Kecipak air yang kutendang-tendang diikuti jeritan kasarku, tak akan pernah kurasakan saat memandikan si bunda. Sangat berbeda jauh.

            Ibu hanya meminta disuapi makanan yang biasa, tidak ingin sepertiku yang selalu merengek meminta makanan mahal. Apa adanya ibu, ada apanya diriku. Keinginanku yang menjulang tak seperti kerendahan hati bundaku. Entah Tuhan mewujudkan bundaku dari apa, aku berasal dari sepercik api yang terus goyang.

            Ayah pasti menatap kenakalan imajinasiku, tertawa terbahak-bahak. Cemas jika melihat puterinya akan segera mendekam ke dalam rumah sakit batin. Merasai jiwa besar bundanya dengan membayangkan menjadi sesuatu yang lain. Sejujurnya, ayah tak pernah menginginkan hal itu. Dia selalu berkata jika ibu adalah ibu yang tak mungkin tergantikan. Dan, puterinya, diriku, harus belajar menjadi dirinya sendiri. Menjadi seorang ibu yang lebih baik dari bunda. Agar mampu mengalirkan susu kebaikan ke seluruh darah anak-anaknya.

            Bunda meninggalkan ayah jauh hari. Tak pernah terlintas bagi ayah untuk mengganti peranan bunda. Dia memilih untuk terus melajang, menunjukkan kesetiaan dan rasa sayangnya. Teruntuk bunda seorang meskipun bunga-bunga bermekaran di sekelilingnya. Menggoda dan memikat dengan baunya yang menusuk. Ayah tetap tegar menjadi ayah sekaligus bunda bagiku.

            Tuhan, kubersujud kepadamu. Terima kasih telah mengirimkan kepadaku dua malaikat nyata di dunia sebelum kumenemui malaikat sesungguhnya di surga. Semoga salah satu malaikat surga itu adalah bunda, dan juga ayahku kelak.

Tidak ada komentar