Header Ads

Mafia Politik Merenung Memikirkan Bisnisnya

Telepon berdering. Seorang mafia politik mengangkatnya. Senyum tersungging, gigi hiramnya tampak. Kumis tebal melingkarnya membesar diameternya, keningnya tidak lagi berkerut, mata berbinar cerah. Jemari tangannya menekan-nekan kalkulator. Suara cetak-cetak terdengar sampai radius lima puluh meter, penuh semangat seperti seorang juragan beras mempermainkan harga.

Batuk sekali, diikuti embusan asap rokok yang membumbung di ruangan ber-AC. Dia menyandarkan punggungnya ke kursi-rajanya, kakinya diangkat menuju meja kerja-hebatnya. Proses manipulasi perhitungan suara sudah dilakukannya. Memberikan kemenangan tipis bagi kontestan yang paling mahal memberinya uang sogokan. Pasti masyarakat percaya jika aspirasi politik mereka telah terwakilkan. Kejar-mengajar hasil suara pertanda demokrasi di tanah air lancar. Inilah yang diinginkan sang mafia politik. Sungguh tindakan yang spektakuler. Membohongi masyarakat yang sedang haus politik. Merasa bangga karena lepas dari belenggu a la kerajaan. Sekarang era republik yang menjunjung hak asasi manusia. Selayaknya suara orang kecil diperhatikan. Sangat di sayangkan, mereka dipecundangi.

Maafkan sang mafia politik. Dia bermaksud baik. Agar demokrasi kita lancar karena dikawal oleh orang-orang semacam dia.

Mafia politik, profesi bawah tanah yang lewat dari sorotan orang kecil. Kecil, diperkecil, dan menjadi kecil.

Tidak ada komentar