Header Ads

Gatotkaca, Cinderella, dan Drakula (Bagian 1)

Gatotkaca mencari baju kebesarannya. Diaduk-aduk lemari, dicari di seluruh penjuru kamar, bajunya hilang. Kemarin malam masih ada di kamar, dia memakainya saat pesta ulang tahun Cinderella. Dengan gagah, malam itu dia menebar pesona di tengah kerumunan pembesar Negeri Impian. Badan yang berbau parfum jamu tradisional tampak memikat sang Puteri Cinderella. Sungguh eksotis, di antara banjir wewangian barat, Gatotkaca memukau dengan penampilan eksentrik tradisionalnya.

             Panggung megah berhias lampu warna-warni, ditambah embusan asap penekan suasana magis, Gatotkaca didaulat melantunkan lagu. Tak biasa berbasa-basi, Gatotkaca yang berasal dari Negeri Mahabarata merasa canggung. Namun jiwa ksatrianya berusaha ke luar dan tak mau malu, dia pun menyumbangkan lagu Keroncong Nusantara. Dengan suara yang sedikit sumbang, akhirnya dia menuntaskan lagu secara penuh. Tak disangka, gemuruh tepukan dan pujian para tamu diterima sang Ksatria penuh pesona itu. Gatotkaca menjadi bintang.

            Malam ini, Gatotkaca menerima undangan pentas di Negeri Drakula. Seharian penuh dia memilih lagu yang akan ditampilkan. Kesempatan kedua harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar pamornya semakin meroket. Lagu sedih sempat berkelebat di pikirannya, tapi dia putuskan tidak memilihnya karena alasan budaya drakula yang agak berdarah. Lagu rock yang mengentak jantung juga menjadi alternatif, namun kandas karena takut membuat kekisruhan di pesta nanti. Akhirnya, dia memutuskan membuat penampilan pantomim.

            Akting khas tanpa suara, gerakan yang ekspresif, dilatihnya di rumah. Kebetulan Negeri Mahabarata sedang sepi. Orang-orang sedang mudik dan hanya menyisakan segelintir orang yang tak mempunyai keluarga. Gatotkaca sendiri juga menjadi anggota orang non-mudik karena dia telah yatim piatu. Oleh karena itu, kesempatan berpesta di dua tempat berlainan ini menjadi pelipur sedihnya. Setidaknya untuk mencari teman untuk berbisnis di kemudian hari.

            “Halo, Gatot. Apa kabar? Ini Cinderella, selamat ya kamu kemarin bernyanyi dengan bagus.” Gatotkaca menerima telepon dari Cinderella. “Mau tidak malam ini datang ke pestaku lagi?”

            Gatotkaca bingung. Dia sedang belajar berpantomim dan ini mengharuskan dirinya untuk menjaga tingkah laku semaksimal mungkin. Tak boleh bicara, hanya gerakan badan saja yang diperbolehkan. Jika dia menjawab, dipastikan latihan pantomimnya gagal.

            “Gatot, kamu di sana bukan? Kok tidak jawab? Gatot .... Ah, sepertinya ada gangguan telepon.”

            Bunyi klik menutup pembicaraan satu arah yang dikuasai Cinderella. Servis sekarang beralih kepada Gatotkaca yang sedang termenung. Dia masih memikirkan di manakah dia menaruh baju seragamnya. Jika benar-benar telah raib, baju apa yang hendak dia pakai.

            Berbicara dalam hati dengan perenungan panjang.

            Ah, aku akan memakai baju a la anak SMA. Kemeja putih dengan celana biru muda. Aku akan meminta maaf  kepada para drakula bahwa terjadi sedikit kesalahan kostum. Tapi, apakah mereka percaya jika aku Gatotkaca. Orang banyak sudah mengenalku dengan baju kebesaran yang di dada ada simbol matahari. Juga kutang Ontokusuma yang membuatku bisa terbang. Jika aku memakai baju anak sekolah pasti aku akan ditolak di depan gerbang Istana Negeri Drakula. Bagaimana aku bisa memecahkan permasalahan ini?

            Atau, aku harus memakai kostum Superman, Batman, Spiderman, Tarzan, Cat Woman .... Kepalaku pening tak keruan. Biarkanlah aku termenung beberapa menit dan segera kuputuskan pakaian apa yang akan kupakai.

            Tada ....aku memilih memakai pakaian nasional Negeri Rindunesia. Beskap lengkap dengan blangkon dan keris. Cita rasanya masih dekat dengan pakaian kebesaranku. Tak masalah. Tapi, sekali lagi, aku tidak bisa terbang jika memakai bawahan seperti ini. Oh, kombinasi menarik. Bawahan aku ganti dengan jeans, dijamin masih bisa terbang seperti biasanya.

           

Waktu berjalan. Tanpa ada yang menuntun.

Tidak ada komentar