Header Ads

Bermain Kata ....

Tulisan ini mengandung umpan ... umpan ... umpan

Sialan, mengapa ini bisa terjadi. Keinginanku untuk menikah secepat mungkin, kini disalip oleh adikku. Dia segera naik ke pelaminan. Dinikahi oleh lelaki pujaannya yang telah memacarinya selama hampir tujuh tahun. Aku marah, aku geram, aku ingin berteriak, lantang menantang keadaan ini. Aku meratap, dunia juga menangis bersamaku. Ingin kumenertawakan hidupku. Memuntahkan semua kekesalanku, hingga aku puas dan menerima cerita mengerikan ini. Toh, dia adikku juga. Mengapa aku harus melayangkan nafsu anehku ini kepadanya. Darah dia, daging dia, dan tulang dia, hampir mirip denganku. Mengapa aku kesal kepadanya? Sungguh tak wajar. Aku terluka, aku tercekat, aku merasa dilecehkan. Tapi mau berkata apa? Itu rezeki yang diberikan Tuhan. Mungkin tahun depan, giliranku akan tiba. Tapi lagi, aku masih marah. Masih sedih, mengapa dia dahulu? Tapi lagi lagi, dia anak perempuan, tak apalah melangkahi kakaknya. Masih banyak jalan menemukan sang kekasih yang baik. Aku ingin mengumpat dan berteriak sepuas mungkin, karena takut bayangan akan pertanyaan ‘Kapan kau kawin, Le?” Aku ingin menjulurkan bibir bawahku kepada semua orang. Ingin memuntahkan kata-kata berlianku kepada seluruh orang kampung yang hanya tahu urusan ranjang, sembako, dan makan. Aku ingin bersorak karena adikku akan menikah. Sungguh perjuangan yang amat panjang yang telah dilakukannya. Menunggu pacarnya, ingin kupukul itu anak, selama itu. Aku salut padanya. Aku di sini, entah serasa tak punya pendirian. Aku ingin tertawa lepas, supaya di saat hari pernikahan adikku tidak malu. Aku harus bermental baja. Jika ada pertanyaan-pertanyaan usil, aku akan jawab ‘Tenang, Belanda masih jauh!’ Sialan, rese benar itu orang-orangan kampung. Mana tahan, aku ingin memelototi mereka. Mereka melotot dan ingin kucolok biar berdarah sekalian. Ah, sialan. Aku ingin bermain-main aneka binatang di mulutku. Aku ingin merasakan auman singa, gongongan a la anjing, dan hewan-hewan lain. Aku bahagian karena orangtuaku akan berkurang tanggungannya satu orang. Tinggal mengurus kami berempat. Mengangis beneran deh aku. Ingin kupukul kepalaku sendiri, serapah kuucapkan merdu, melayang di udara dan menyelimuti seluruh ruangan. Aku sungguh malu jika harus pulang ke rumah. Apa aku tidak datang saja ya. Seperti kegemaranku menghindari teman yang menikah. Ah, buang-buang waktu saja. Tapi lagi lagi lagi, dia adikku, tidak mungkin jika aku tidak hadir. Kakak macam apa aku ini? Yang pasti aku harus bersyukur adikku akan menikah. Biar bapak ibuku senang, aku masih sedih, masih galau. Kapan aku menyusul? Sial, sial, siallll ......a

6 komentar:

  1. Adekku juga sudah pernah dipinang orang. Tapi kami tolak. Kasihan pria itu, perempuan yang dilamarnya cuma tau urusan sinetron dan gagap realita.

    BalasHapus
  2. Berarti adikmu suka sinetron?
    Jangan-jangan, mm aku membayangkan ... kalian sekeluarga di depan TV, makan dinner-dinneran, n melototin tuh bintang2 yang cantik n ganteng2 ....Sinetron sedap tiada tara

    BalasHapus
  3. Ngawur. Saat keluargaku terbius sinetron, aku menghadapi layar komputer, menulis mengeluarkan uneg-uneg. Jumpa pula Editor Sableng. Lengkaplah deritaku.

    BalasHapus
  4. O Bagus berarti!
    Kau menemukan orang yang tepat.
    Daripada menjadi manja dan dibuai oleh pemilik saham mayoritas sinetron asal negeri seberang.

    BalasHapus
  5. Iya, karena itu ku tersisih.
    *sedih*

    BalasHapus
  6. tersisih bagaimana?
    ga cakep ga papa
    jelek juga anugerah Tuhan
    hehehe

    BalasHapus