Header Ads

Milis Kampus yang (tidak) Kusukai!

Rumah itu bernama penyatuan ide. Aku sangat tidak suka. Kolom-kolomnya tegak angkuh. Besi-besinya ada yang belum terpasang dengan benar. Mencuat dari balik tembok. Tak beraturan hingga mataku tak mau melihatnya. Aneka hiasan dindingnya sangat aneh; tampak seorang perempuan setengah bugil sedang berlari mengejar kupu-kupu. Aku tak mampu menerjemahkannya dengan baik. Ada batasan yang tak bisa kutembus. Aku berada di sebuah rumah yang kaku dan sudut-sudutnya tak mulus. Siapa yang berjalan tanpa perhitungan, dijamin jatuh dan kepala terantuk olehnya. Berdarah.

            Rumah satu ide itu sebenarnya apa? Tak perlu kukatakan, sangat bergaya barat, terus terang akan berakibat fatal di negeri ini. Kita berada di negeri timur yang memegang adat kesopanan dengan genggaman tangan yang kuat. Sangat kuat. Jadi tak usah aku mendefinisikan secara gamblang. Takut ada yang tersinggung. Takut? Bukankah sebuah tulisan tidak diperkenankan mengetahui kata ‘takut’? Akan menjadi tulisan lembek jika orang bijak menyebutnya.

            Aku memutuskan diam di dalam rumah itu. Hanya kupandangi sekilas dan kupindah perabotannya yang kurasa sudah tak bermutu. Atau, kubuang ke tempat sampah di belakang rumah. Sangat gampang dan tak membuat mataku pedih karena jeleknya barang itu. Sudah tak kupedulikan lagi barang buangan itu. Kuanggap mati.

            Kita dilahirkan tidak sama, mengapa timbul keinginan untuk menyatu. Sangat tidak alami dan mengada-ada. Rumah ini kubangun memang dengan terburu-buru dan tanpa anggaran keuangan yang jelas. Bisa dipastikan hasilnya memang tak sesuai dengan nilai artistik. Hanya segi kekuatan bangunan saja yang memenuhi. Selebihnya seperti makanan hambar. Selayaknya orang yang hidup dengan mimpi standar dan tak memiliki asa yang jauh ke depan. Rumah ini aku beri nama ... Penyatuan Ide.  

 

 

Tidak ada komentar