Teknologi Memperbudak Manusia
Pancaran bulan juga telah ditinggalkan banyak insan. Dulu aku masih merasakan betapa senangnya bermain dengan teman-teman diiringi senyum rembulan. Namun, sudah jarang ditemukan anak-anak kecil bersenda gurau bersama bulan. Mereka sudah asyik dengan mainan kotak beraliran listrik bernama televisi. Alat itu telah memerangkap pikiran dan menunjukkannya ke dalam kekangan yang tak memungkinkan untuk berimajinasi bebas. Otak manusia sekali lagi mati secara perlahan.
Masih kurasakan geratan kapur tulis di papan hitam di muka kelas. Pengajarku dengan manisnya menceritakan kisah lucu sambil menggambar aneka gambar lucu. Aku dibuat terkesan olehnya. Namun, kulihat para guru lebih menyukai alat sorot tulisan bernama OHP. Sungguh sulit mengeja apa kepanjangan nama alat itu. Yang kutahu, alat itu sangat membantu guru menjelaskan secara ringkas dan cepat. Bahan ajar akan dengan cepat diserap oleh otak anak didik. Menjejalkannya dalam hitungan detik ke otak mereka. Hingga otak mereka tak mampu lagi menampung berbagai rumus rumit. Sekali lagi, otak anak didik perlahan mati.
Aku adalah korban teknologi. Aneka peralatan modern menjadi pujaanku. Melepaskan segala memori yang terpendam dalam otakku, aku menjadi insan malas yang semakin bodoh. Andai aku bisa mengembalikan waktu, aku masih ingin merasakan keindahan masa lalu dengan segala kekurangannya.
Post a Comment