Menantang Anak Bangsa untuk Ber-Diaspora
Lihatlah diaspora bangsa Cina dan India. Bukankah itu sebuah gambaran jelas bahwa hidup di negeri orang tak selamanya buruk? Tak ada salahnya kita mengembara dan melanglang mencari rezeki di moyang orang lain. Apakah kita tak pernah terbuka mata, telinga, dan hati kita oleh sepak terjang buruh migran kita sendiri? Sudah puaskah kita menyematkan gelar Pahlawan Devisa kepada mereka? Ya Tuhan, betapa tak adilnya kita pada diri sendiri. Maukah kita terus menerus menjadi seperti katak dalam tempurung?
“Keluarlah, kembangkan mimpi-mimpimu, walaupun di negeri orang!”
Inilah mitos baru yang ditawarkan. Negeri lain menyimpan sejuta cerita indah yang bisa kita tularkan kepada karib-karib. Agar kita dapat melihat luasnya dunia atau bisa menjadi penawar kepala di saat negeri sendiri panas.
Bukan berarti menghilangkan rasa nasionalisme Rindunesia. Tidak bermaksud merencanakan tindakan makar dengan menghasud orang lain. Tapi, diaspora bangsa musti segera kita lakukan untuk mengembalikan kejayaan bangsa. Janganlah terus menjadi pecundang yang hanya bisa berprestasi di negeri sendiri. Kita tunjukkan kepada mereka bahwa keturunan Rindunesia bisa beprestasi dan membaur.
Setujukan Anda dengan konsep ini? Tak harus dikomentari panjang lebar. Setidaknya ini menjadi alternatif terapi kesembuhan bangsa. Semoga.
Aku pengen ke Kutub, jualan es balok pada orang Eskimo.
BalasHapussippp ... inilah salah seorang anak bangsa yang berpikiran modern dan gaul!
BalasHapusSilakan naik perahu dari selat Malaka, Fa!
Apakah aku akan dikenakan bea masuk apabila ku transit di Malayasia? Kudengar mereka agak kurang manusiawi pada penduduk Rindunesia. Aku tak mau digebukin di Malayasia sebelum menabalkan label Es Balok Tjap Alfa Loebis di Eskimo.
BalasHapus