Header Ads

Memelototi Jalan Lahir Seorang Bayi

Ibu, aku ingin masuk kembali ke dalam perutmu. Mengecilkan tubuh, kususuri jalan kemaluanmu hingga aku tahu perjuanganmu mengeluarkan aku. Itu penting agar aku mengerti dirimu yang telah membesarkanku. Sampai kuberada di titik gersang ini.

            Andai kutahu bahwa hidup menyimpan sejuta rahasia pelik, aku lebih memilih terus mendekam dalam janin indahmu. Berharap sepanjang masa kau menyalurkan sari-sari makanan melalui pusarku. Aku ingin kembali seperti dulu, Ibu. Tak kuat kuberjalan di dunia ini tanpa kekasih yang tak kunjung datang. Kuingin kau menjadi kekasih abadiku. Aku di dalam perutmu.

            Aku sungguh beruntung kau pernah mengatakan kepadaku, ‘Jalanilah hidupmu apa adanya.” Jika itu tak pernah kau ucapkan, entah seperti apa hidupku. Meranalah diriku dengan segala cemooh hidup. Segala keyakinanku akan pudar bersama tertiupnya debu dari jalanan. Kalimat itu terasa indah saat ini, mengisi tulang-tulangku hingga kumampu berdiri kembali.

            Ibu, ingatkah saat kukecil dan kau mengejar karena kenakalanku. Aku menyesal telah berlaku jahat kepadamu. Mengganggu tidurmu sampai adik dalam kandunganmu bergejolak. Amarahmu meluap dengan kelakuanku. Aku meminta maaf dari lubuk hatiku. Tak akan kuulangi lagi. Dan akan kuganti dengan kenangan manis yang kelak membanggakanmu. Aku berjanji dengan bumi sebagai saksinya.

            Jangan pernah sangsikan diriku, Ibu. Kumohon hujani aku dengan segala doa-doa mujarabmu. Agar Tuhan memberikan cinta kepadaku. Makhluk yang lemah dan tak berdaya ini. Ibu, biarkanlah aku berjalan kembali.

Tidak ada komentar