Header Ads

Adikku Menikah Duluan (Merengek)

Berita rencana pernikahan adikku datang ke telingaku. Aku sudah siap dan tak merasa dipecundangi olehnya. Walaupun umurku jauh darinya, sedikit pun aku tak menyimpan dendam kepadanya. Aku tak takut disebut sebagai perawan tua yang dilangkahi oleh pernikahan adikku. Itu memang rezeki yang diberikan Tuhan kepada adikku. Tak boleh aku menyimpan curiga dan iri terhadap adikku.

            Umurku sudah senja untuk ukuran orang kampung. Tiga puluh dua tahun. Sebuah usia matang untuk merajut percintaan. Aku menyadari semua ini. Adikku sepuluh tahun di bawahku. Jika aku berada di dekatnya, lebih mirip seperti ibu dan anak. Dulu ibuku berpikir, akulah anak tunggal. Tapi ternyata Tuhan sangat berbaik hati dengan memberikan saudara kecil kepadaku. Aku sangat menyayanginya. Kuanggap dia kenangan terindah setelah ayah meninggal bertepatan dengan kelahiran adikku. Tak pernah adikku melihat wujud utuh ayah. Hanya foto-foto dinding yang memperkenalkan wajah ayah kepada  adikku.

            Kini adikku akan berangkat ke jenjang pernikahan. Aku kini sendiri. Ibu dan ayah di surga pasti bangga melihat adikku menikah. Tapi kuyakin mereka sedih melihatku masih melajang. Memandang cemas mengapa diriku belum juga memutuskan untuk menikah. Ah, biarlah ini menjadi rahasia hidupku. Tuhanlah yang akan menjawabnya. Kuharap adikku berbahagia dengan kehidupan barunya kelak. Aku menyayanginya.

Tidak ada komentar