Header Ads

Surat Bu Muslimah kepada Ikal (Tak Terekspos)

Namaku Muslimah. Kegiatan sehari-hariku mengajar kelas 4 Sekolah Dasar salah satu provinsi termiskin Rindunesia. Aku mulai bangun subuh, menunaikan shalat, menyiapkan sarapan untuk suamiku, lalu berangkat mengajar. Rumahku dan sekolah berjarak dua puluh kilometer. Semua kulakukan dengan ikhlas dan perasaan senang. Menjadi guru adalah cita-citaku sedari kecil. Menurut Muslimah kecil, guru merupakan pekerjaan mulia karena menularkan ilmunya kepada anak-anak didiknya. Dan muslimah kecil itu telah tumbuh menjadi muslimah tua, diriku.

            Dulu tugas guru tak seenak sekarang. Jarak yang begitu jauh kutempuh dengan jalan kaki. Namun sekarang aku telah mempunyai sepeda kumbang kesayanganku. Ini tak lain dan tak bukan adalah pemberian salah satu muridku. Ikal namanya. Aku bersyukur memiliki murid yang masih ingat aku. Sudah lama kami tak mengetahui kabar masing-masing. Dan kini kutahu Ikal telah menjadi penulis top. Menurut kabar yang sering kuikuti baik di televisi maupun surat kabar, hidup Ikal sudah tak seperti dahulu. Ayah ibunya yang kukenal kekurangan, sekarang sudah memiliki rumah besar beserta isinya. Aku turut bangga dengan keadaan mereka sekarang. Ikal mungil pembawa berkah bagi keluarga.

            Aku bersyukur kepada Tuhan. Salah satu anak didikku telah menjadi orang terkenal di seantero negeri ini. Namun di antara balutan cerita manis ini, aku menyimpan rasa duka yang mendalam. Ingin aku berbagi kepada Ikal, tapi dia terlalu sibuk dengan perjalananannya melakukan temu penggemar. Aku masih memendam perasaan yang hendak kuceritakan kepada dia. Bukan perasaan buruk, bukan apa-apa. Tapi aku ingin bercerita tentang keadaan kami, orang Balithong yang kini tiba-tiba menjadi warga yang menjadi sorotan seantero negeri.

            Ikal muridku tersayang. Ibu berterima kasih atas segala bantuan dan suntikan semangatmu kepada kami. Warga Balithong. Ibu sangat bersyukur mempunyai anak didik sepertimu, begitu pula orang-orang pasti bangga dengan prestasimu sekarang. Tulisan-tulisanmu memberikan inspirasi orang lain untuk maju dan berpendidikan tinggi. Ibu salut dengan perjuanganmu. Apa yang kaucita-citakan sedari kecil kini telah menjelma menjadi kenyataan. Ibu sangat bangga menjadi gurumu.

            Ikal, sesungguhnya ibu menyimpan cerita sedih yang tak pernah kau mengerti. Ibu suka dengan cerita nyata kita kau tuangkan ke dalam novel hebatmu. Perjalanan hidup kita kau lukiskan dengan sempurna dan menjadi buah bibir di mana-mana. Tapi, Ikal ... saat kau ajak ibu untuk bertemu dengan para penggemarmu, sejujurnya ibu merasa malu. Bukannya ibu tidak suka dengan sepak terjangmu. Tapi, kehidupan pribadi ibu menjadi lain setelah diketahui orang banyak. Kehidupan ibu menjadi berubah seketika. Semacam ada banyak cermin di hadapan ibu. Segala tindak tanduk ibu selalu dilihat dan dinantikan khalayak. Terus terang ibu canggung dan benar-benar malu.

            Ikal yang kukasihi. Bukannya ibu jahat kepadamu. Setelah ibu merenung dalam, dan itu kupikir berulang-ulang, kadang perasaan jahat ini muncul. Ibu sendiri tak tahu apakah ini wajar atau tidak. Tapi ... Ikal berat ibu mengatakannya kepadamu. Tapi ... ibu harus jujur bahwa kehidupan ibu telah kau renggut paksa. Ikal, maafkan ibu jika ucapan ini melukaimu. Ibu berusaha jujur bahwa setelah buku-bukumu laku, Ikal telah menjual nama ibu. Perasaan ini terus menghantui ibu sepanjang malam. Dan baru kali ini ibu berani mengatakan kepadamu. Maafkan ibu, Ikal.

            Prinsip ibu bahwa kebaikan tak boleh dibicarakan kepada orang banyak, lambat laun terkikis oleh sepak terjangmu. Biarkanlah kami menjadi orang Balithong apa adanya. Biarkanlah perusahaan-perusahaan itu menjadi bagian kami. Walaupun kami sendiri tahu bahwa mereka telah mencurangi kami. Biarkanlah praktik tak bersahabat selalu menjadi bagian hidup kami. Kami berusaha menjadi warga yang pasrah tanpa pemberitaan apapun. Kami rindu suasana itu. Ikal maafkan ibu jika bicara seperti ini. Ini semata-mata karena ibu ingin menunjukkan kepadamu bahwa perjuangan tak harus diungkapkan. Kami hanya ingin bekerja tanpa pemberitaan publik. Tanpa gembar-gembor.

            Ikal maafkan ibu ....

2 komentar:

  1. Tulisan bu muslimah ini, secara resmi di media apa? Mhn maaf, atau ini hanya hoax aja. Mhn penjelasannya

    BalasHapus
  2. ini review saja ....
    hanya fiksi juga ...
    tokoh rekaan dan tak ada keinginan untuk memojokkan seorang pun

    BalasHapus