Mojang Modis Bandung (Beraksi)
Seorang gadis Bandung terpaku di depan cermin. Memandang wajah dan tubuhnya dengan rasa tak percaya. Kadang dia tepuk-tepukkan telapak tangan kanan ke pipinya. Berharap dia tersadar dari mimpinya. Rambutnya terlihat awut-awutan. Dia mencoba menyisir dengan gaya ke samping. Tak cocok. Dia kemudian menggantinya dengan gaya ke belakang, ke atas, ke depan, namun tetap saja tak ada yang sesuai dengan hatinya. Melotot penuh amarah, dia pun merebahkan badannya ke kasur.
Langit-langit berwarna putih dipandangnya dengan perasaan kalut. Dia masih memikirkan bagaimana dia harus tampil di depan teman-temannya. Hari ini adalah perayaan ekspresi diri di sekolahnya. Murid-murid dibebaskan untuk memakai busana apapun. Bebas asal sopan.
Acara masih lima jam lagi. Namun dia masih saja belum memutuskan untuk berpakaian seperti apa. Rias wajahnya pun belum sempurna, gincu masih teronggok manis di atas meja rias. Rambut apalagi, masih seperti setan kalap. Terutama baju, ini adalah pekerjaan tersulit baginya. Karena pertaruhan hidup para murid terletak pada baju yang dikenakannya. Jika tak bagus maka teman-teman lain dengan ikhlas akan melayangkan celaan mereka. Kosmetika akan segera luntur berubah menjadi merah padam.
Dia masih berpikir keras. Belum ada satu pun ide untuk meniru gaya siapa. Britney Spears, terlalu banyak yang mengidolakannya. Gaya Madonna, terlalu kuno dan ratu pop itu telah uzur biarpun energinya masih menggebu-gebu. Ciri khas gotik, tidak mungkin karena karakter pribadinya tidaklah seperti penganut warna hitam itu. Meniru cara berpakaian ibu-ibu pejabat, kebaya atau busana batik modern, tak mungkin karena bisa jadi dikritik tajam. Lalu apa yang ada di dalam pikirannya sekarang?
Gotcha ... dia menjentikkan jarinya tanda telah mendapatkan ide brilian. Busana ala Jepang! Modern, bergaya, dan bernapas pembebasan. Dan gadis Bandung itu memilih untuk berpakaian layaknya remaja Jepang.
Post a Comment