Header Ads

Kebodohan Bangsa Bernama BBM

Orang-orang dibuat gila oleh harga BBM. Rakyat miskin berteriak tak bisa menanak nasi. Kompor tak berisi minyak tanah, gas juga raib entah ke mana. Timbul desas-desus ada seorang pedagang besar yang menimbun barang langka tersebut. Semua saling menyalahkan.

            Para ibu keluar dari kandang. Menenteng berbagai peralatan memasak, mereka menuntut rencana kenaikan BBM agar ditangguhkan. Hasrat mereka disambungkan oleh lidah lantang mahasiswa. Berjejer di jalanan, manusia terdidik itu berniat melawan kenaikan itu sampai darah penghabisan. Atau bisa jadi mereka akan mengubah niat demonstrasi menjadi penuntutan mundur presiden. Mereka telah siap, menenteng bergepok-gepok kalimat pendedas pemerintah. Jika tidak dihentikan rencana kenaikan BBM, harga matinya hanya satu: Stop laju pemerintah.

            Sementara itu, lawan politik pesinden telah menemukan momen yang tepat. Jarang-jarang waktu seperti ini muncul dalam lima tahun pemerintahan. Buntu suasana yang sering diinginkan politikus hitam jarang muncul. Ini dikarenakan pemerintah sangat lihai menambal lubang-lubang kekurangannya. Dan bagi politiku jahat, kesempatan langka ini digunakan seefisien mungkin untuk bermanuver: Menjungkalkan lawan politik hingga partainya mendapatkan simpati rakyat. Sebagai penyelamat bangsa lepas dari pemerintahan korup. Begitulah alasan dan taktik politik oportunis.

            Di lain tempat, di istana simbol kehebatan bangsa, Pesinden sedang sibuk mengamati respon masyarakatnya. Menghitung kalkulasi politik, ekonomi, dan hal-hal lain yang bersinggungan dengan rencana kenaikan BBM. Seluruh menteri telah dia kumpulkan, tak ada satu pun yang boleh absen. Keadaan negara sedang genting. Di penghujung masa pemerintahannya, presiden beserta jajaran menteri memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Mereka terus menyatukan visi.

Bagi rakyat kecil, ini tak ubahnya sebagai lelucon dan parodi sebuah bangsa berdaulat. Penghasil minyak tapi importir handal. Akibat krisis ekonomi dan pangan, yang merupakan kebodohan IMF dan Bank Dunia, pemerintah negeri kita rela mengorbankan kepentingan rakyat. Tindakan bodoh dan sangat riskan untuk ukuran sebuah bangsa. Mengapa selalu taat terhadap setiran bangsa lain, dan bahkan lembaga dunia yang nyata-nyata telah gagal mengurusi seluruh kepentingan dunia. Masih ingat gagalnya IMF menata bangsa kita saat krisis 1998? Apakah kita tidak mau belajar dari kisah nyata itu? Keledai dungu masih berkeliaran di negeri kita.

            Para pemuka agama hanya bisa diam karena urusan ini di luar tanggung jawab mereka. Tak tahu menahu tentang harga impor minyak. Kalau pun ada pemuka yang ikut memikirkan, ujung-ujungnya partai politik tempat mereka mengadu nasib, akan pecah belah seperti gelas yang jatuh ke lantai.

            Masyarakat bingung, stres, dan tak tahu harus melakukan apa. Menolak kenaikan harga BBM, hadiahnya adalah tak akan bisa memasak. Akhirnya hanya bisa pasrah menerima rencana bodoh ini. Negeri merdeka dengan minyak melimpah, harus mengemis minyak. Hingga memutuskan menaikkan harga BBM agar konsumsi masyarakat menurun. Namun itu hanya harapan pemerintah belaka. Masyarakat tidak tahu menahu pemerintah berlaku kekanak-kanakan. Patut kita ingat bahwa ini adalah sebuah negara, bukan RT/RW!

            Rindunesia kembali di ambang paranoia.

            Masyarakat dimohon tenang. Isu ini akan segera lenyap setelah diputuskan harga BBM naik jam 00.00. Selamat menempuh hidup baru yang tidak baru.

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar