Header Ads

Tragedi Sikat Gigi (Seri Cerita Anak)

       Sikat gigi itu sudah tak beraturan lagi bentuknya. Buku sikatnya sudah tak kompak lagi. Ada yang sudah miring beberapa derajat, yang lain menyamping, dan temannya menyerong ke arah tak tentu. Kadang berpotongan dan saling mendahului. Tak seperti waktu pertama aku beli, semuanya saling menunjukkan keangkuhannya.

Ada tiga buah sikat gigi yang teronggok di sudut kamar mandiku. Warna merah, putih, dan hijau. Semua warna itu telah memudar. Merah yang awalnya lantang sekarang melembut. Yang putih menjadi buram karena terkena kotoran yang tak pernah disadari si sikat itu. Sikat hijau yang sebelumnya seperti dedaunan sekarang meranggas seakan tak bernyawa.

Andai aku bisa membalikkan waktu, aku ingin memperbaiki ketiga sikat gigi itu. Warna yang telah memudar aku cat kembali dengan cat warna-warni. Sementara bulu sikat yang telah berubah posisi, aku betulkan letaknya menjadi tegak kembali. Tapi apakah semua itu bisa diwujudkan, sedangkan kita dengan mudah membeli penggantinya.

Pernah terlintas dalam benakku, buang saja sikat gigi itu dan hanya menggunakan jari telunjuk saat membersihkan gigi. Lebih praktis dan hemat. Selain itu, pernah aku mengancam pada ketiga sikat, ‘Kalau kamu tak mau bersahabat denganku, aku turunkan derajatmu menjadi sikat lantai WC!’. Alangkah jahatnya diriku ketika itu, ya …

Akhirnya aku mengambil jalan pintas, membeli sikat baru agar gusiku tak kesakitan jika menggosoknya, dan ketiga sikat usang aku biarkan menjadi teman sikat baru. Rasanya mereka akan bersahabat. Menerima apa adanya, tanpa melihat seberapa tegak bulu sikat dan keindahan warna gagangnya.

Aku mendengar bisik-bisik mereka. mereka tertawa, berceloteh, dan menggumamkan sesuatu yang tak bisa kupastikan apakah gerangan pembicaraan mereka. tapi aku yakin mereka sedang bernyanyi, nyanyian pertemanan dan bahkan persahabatan sedang menunggu kedekatan mereka berempat. Aku berharap.

Aku meminta pamit kepada ketiga sikat gigi usang untuk mempekerjakan sikat baru. Dan mereka bertiga mengangguk, meluluskan permintaanku. Dan aku melatih sikat baru dengan gerakan yang tak berlebihan. Latihan permulaan, selanjutnya jika telah terlatih maka akan ia akan bekerja secara manis.

Pelajaran pertama telah dilakukan, sekarang giliran menyambangi si penjual mimpi. ‘Aku mohon bawalah aku ke negeri khayalan. Di sana aku pengin menjadi penjual sikat gigi. Pelangganku para pejabat penting setiap negera di alam mimpi. Kalau dia jahat maka aku kasih sikat gigi yang bisa bikin jera, sedangkan kalau baik aku akan kasih sikat terindah dan mampu membersihkan gigi dengan amat bersih.”

Mimpilah aku ….

 

 

 

Tidak ada komentar