Header Ads

Mimpi Janda akan Pernikahan Sambungan

    Seorang janda sendiri di kamar kontrakannya. Matanya berkedip-kedip memandang langit-langit. Memeloti garis pemisah antar eternit. Dihitungnya ada tiga eternit mendatar dan sisi lainnya juga sebanyak tiga buah. Kamar kontrakan sempit dengan harga selangit.

    Malam ini sungguh dingin, dengan suara mesin proyek di sebelah kontrakannya. Riuh suara para pekerja bangunan mengisi telinga janda itu, mempermainkan hatinya hingga imajinya melayang ke sudut tersuram. Janda itu membayangkan tangan kekar para lelaki buruh bangunan, hitam legam tubuh mereka, keringat yang menetes, dan napas bau khas para lelaki itu karena seringnya mengisap rokok kretek. Malam itu benar-benar menyiksa janda tak beranak yang haus akan kasih sayang seorang lelaki. Menyakitkan hingga menusuk tulang belakangnya.

    Beruntung ada satu titik celah di dinding kamarnya yang bukan tembok tapi triplek. Cukup untuk mengintip para lelaki yang masih bekerja di tengah malam menggigit. Dilongokkan kepalanya hingga menempel bulatan kecil itu dan dia tajamkan pupil matanya. Dia berharap suatu kejadian memukau mampu mengurangi gairahnya malam ini. Kedua tangannya ditetapkan di dinding triplek agar posisi tubuhnya seimbang, berikut memperbaiki kedua kakinya. Dia terus saja mengintai para buruh bangunan. Namun di luar tak ada cahaya yang masuk ke retinanya, hingga tak menimbulkan bayangan benda di dalamnya. Gelap dan hanya suara bising yang terdengar. Sungguh kecewa hatinya tak mampu menemukan pemandangan indah di luar sana. Dia pun merebahkan tubuhnya ke kasur tipisnya, yang menahan badannya untuk bersentuhan dengan lantai plester yang dingin.

    Kembali dia menghitung eternit, tiga mendatar dan tiga lagi di sisi lain. Ada sembilan eternit di langit-langit.

Tidak ada komentar